Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Bola

Bagai Kacang Lupa Kulitnya, Nonton Bola Jangan Lupa Kacang Garuda

23 Juni 2018   07:34 Diperbarui: 23 Juni 2018   14:27 887
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada pesta akbar sepak bola di Rusia, dari 14 Juni sampai 15 Juli 2018. Semua mata pecinta mengolah bola ini sedang tertuju ke sana. Menantikan aksi para bintang dunia dan drama yang tersaji. Sungguh sayang melewatkan.

Untuk memeriahkan dan merangsang antusias para penulis atau para kompasianer,  Kompasiana dan Garuda Food mengadakan "Blog Competition" dengan tema "Jangan Nonton Bola Tanpa Nulis Blog". Tentunya juga jangan nonton bola tanpa Kacang Garuda dan ditemani suguhan kopi hangat biar lebih melek menonton dan segar saat menulis.

Banyak sisi atau sudut pandang yang dapat dibahas dengan menarik tentunya. Bukan hanya apa yang tersaji di atas rumput hijau, bisa juga membahas dari uniknya tingkah penonton, profil pemain atau pembelajaran yang dapat dipetik dari olahraga sepak bola ini.

TAHU DIRI

"Bagaikan  kacang lupa kulitnya" adalah peribahasa semestinya menjadi pedoman hidup kita. Bahwa hari ini, ketika kita berhasil dalam hidup, janganlah sampai melupakan budi orang-orang yang telah membantu.

Janganlah menjadi orang yang "bagaikan kacang lupa kulitnya" yang menandakan kerendahan budi pekerti. Karena tidak tahu diri dan tidak tahu berterima kasih.

Menyebalkan memang bila orang-orang telah kita bantu, tetapi dengan mudah melupakan diri kita. Untuk itulah selalu mengingatkan diri, jangan melakukan perbuatan yang diri sendiri tidak ingin orang lain melakukannya pada diri kita.

Mengingat hal ini jadi teringat kembali akan budi kehidupan ini. Apakah kita juga selalu ingat akan budi kebaikan yang telah kita selama hidup ini?

Bukankah untuk satu tarikan nafas saja kita perlu mengingatnya siapa yang memberikan? Bahkan untuk hanya satu tetes air yang begitu berharga adalah budi yang tak terhingga. Apakah kita ada mengingat siapa yang menciptakan?

Itu hanya sebagian kecil yang kita rasakan. Adakah kita mengingat siapa  yang memberikan segala kenikmatan dan kesuksesan yang dapat kita raih?

Begitu pula, pada saat ini dari 14 Juni 2018 - 15 Juli 2018 yang mana perhelatan akbar sepak bola sejagat empat tahunan  sedang berlangsung di Rusia yang bertajuk "FIFA WORLD CUP 2018". Kompasiana bekerja sama dengan Garuda Food untuk mengadakan lomba menulis atau blog competition tentang hal-hal yang berbau sepak bola yang berhubungan dengan Piala Dunia.

Sebagai tanda terima kasih atau balas budi, karena pihak Garuda Food sebagai produsen Kacang Garuda yang telah menyediakan hadiah, maka para peserta wajib mencantumkan label dan kalimat "Jangan Nonton Bola Tanpa Kacang Garuda" dalam setiap tulisan sebagai syarat mutlak. Tentu saja juga harus menuliskan hyperlink ke website https://www.garudafood.com.

Sebab itu setiap peserta yang tahu diri ketika hendak ikut lomba dengan mengirimkan tulisannya pasti akan menuliskan kata-kata yang sudah menjadi ketentuan dan syarat tersebut.

PUAS DIRI

Dalam kemeriahan pagelaran Piala Dunia 2018 di Rusia, sambil menyaksikan setiap pertandingan yang ditemani segelas kopi atau susu hangat dan sajian Kacang Garuda, mungkin kita tidak sekadar menonton. Paling tidak sedikit mengingat pembelajaran yang ada. Selain tentang sportivitas, ada lagi tentang nilai kehidupan.

Dalam pertandingan, setiap tim pasti bernafsu mengejar bola yang bergerak ke sana-sini untuk mengoper ke rekannya atau menendang ke arah gawang lawan untuk mencetak gol. Semua dengan tujuan untuk meraih kemenangan tentunya. Berbagai taktik dan trik diterapkan.

Tetapi selama pertandingan belum berakhir, gol yang tercipta belum pasti akan menjadikan tim tersebut keluar sebagai pemenang. Tidak jarang terjadi sebuah tim yang sudah mencetak satu atau dua bahkan tiga gol, berakhir dengan kekalahan. Kemenangan di depan mata lenyap seketika.

Kenapa? Lengah dan sudah puas dengan keunggulan yang sudah dimiliki. Berpikir kemenangan sudah dalam genggaman. Padahal waktu pertandingan masih berlangsung. Wasit belum meniupkan peluit untuk mengakhiri pertandingan.

Sama halnya dalam kehidupan ini seringkali terjadi pada diri kita. Bekerja keras sampai lupa waktu demi meraih kesuksesan. Sibuk cari uang ke sana-sini.Tak lelah mengejar karir untuk masa depan yang lebih baik.

Dalam bidang spiritual, kita membina dan menempa diri dengan tekun untuk menjadi insan yang baik dan benar. Demi semua itu entah berapa banyak pengorbanan yang harus dilakukan.

Ketika semua apa yang menjadi tujuan tercapai, kita seketika berpuas diri, tinggi hati, dan merasa sudah keluar sebagai pemenang.  Lupa bahwa kehidupan masih berjalan. Akhirnya jatuh dalam kehidupan. Menyesal pun tiada guna. Tidak sadar bahwa untuk menjadi pemenang kehidupan harus terus berjuang sampai pada akhirnya kehidupan.

SADAR DIRI

Ketika menonton pertandingan sepak bola tak jarang tanpa sadar kita berteriak dan memarahi pemain karena salah mengoper atau gagal mencetak gol. Kepada wasit pun kita sering menudingnya 'goblok' karena kita anggap salah mengambil keputusan.

Kita tidak sadar diri, bagaimana posisi kita bila berada dalam kondisi yang ada. Kita tidak sadar diri, bahwa kita pun bisa saja melakukan hal yang sama. Yang jelas juga kita perlu sadar diri bahwa kita pasti tidak lebih baik atau lebih hebat daripada para pemain yang berada di lapangan atau wasit yang memimpin pertandingan. Bila kita sadar diri, tak mungkin akan mengatakan yang macam-macam ke para pemain dan wasit yang jelas lebih ahli dari diri kita.

Perhelatan Piala Dunia sejatinya adalah murni kegiatan olahraga yang penuh dengan sportivitas. Kita perlu sadar diri akan hal ini, sehingga tidak menjadikannya sebagai ajang perjudian.

Tak dapat dipungkiri, sudah bukan rahasia lagi, ajang-ajang dalam olahraga, terutama dalam sepak bola sangat sering menjadi sarana perjudian. Dalam ajang Piala Dunia ini, kalau kita tak sadar diri akan dengan mudah berdalih,"Cuma empat tahun sekali atau sekadar iseng ini taruhannya."

Bisa juga dengan alasan, agar bersemangat menonton bila ada taruhannya. Tetapi apapun itu tetap saja judi namanya. Demikianlah kebenarannya, seringkali ketidaksadaran membuat diri membenarkan apa yang salah.

Sadar diri, bahwa saat ini posisi kita hanyalah penonton atau pendukung salah satu negara kontestan. Jadi tidak ada urusan dengan nasionalisme. Sebagai penonton yang kita butuhkan adalah kesenangan dan hiburan. Bukan yang lain.

PENONTON SEJATI

Untuk itulah, lebih baik memilih menjadi penonton yang sejati yang dapat menikmati setiap pertandingan sebagaimana adanya. Karena yang namanya pertandingan pasti ada kalah dan menang.

Jadi tidak perlu terlalu bergembira saat tim kesayangan menang, apalagi melampiaskan dengan minum-minum sampai mabuk. Begitu pula ketika tim favorit harus mengalami kekalahan, tidak perlu terlalu bersedih menangis sampai semalam suntuk.

Kalah-menang adalah bagian dari pertandingan. Berani menerima kekalahan pun merupakan kemenangan. Mau selalu menang dan tidak mau menerima kekalahan ini bermasalah jadinya.

Sebagai penonton sejati, tidak akan larut menikmati kemenangan tim kesayangan sambil melecehkan tim dan pendukungnya yang menelan kekalahan. Sebaliknya pun tidak akan merisaukan kekalahan tim yang didukung. Karena sadar, pada akhirnya, dari sekian banyak peserta, hanya akan ada satu tim saja yang mengangkat Piala Dunia pada akhirnya.

Terakhir, sebagai penonton dan penikmat sepak bola yang juga kompasianer, yang penting adalah "Jangan Nonton Bola Tanpa Nulis Blog" dan "Jangan Nonton Bola Tanpa Kacang Garuda" kalau ingin rekeningnya bertambah.

Salam olahraga...waktunya bersemangat nonton bola!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun