Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Bola

Bagai Kacang Lupa Kulitnya, Nonton Bola Jangan Lupa Kacang Garuda

23 Juni 2018   07:34 Diperbarui: 23 Juni 2018   14:27 887
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai tanda terima kasih atau balas budi, karena pihak Garuda Food sebagai produsen Kacang Garuda yang telah menyediakan hadiah, maka para peserta wajib mencantumkan label dan kalimat "Jangan Nonton Bola Tanpa Kacang Garuda" dalam setiap tulisan sebagai syarat mutlak. Tentu saja juga harus menuliskan hyperlink ke website https://www.garudafood.com.

Sebab itu setiap peserta yang tahu diri ketika hendak ikut lomba dengan mengirimkan tulisannya pasti akan menuliskan kata-kata yang sudah menjadi ketentuan dan syarat tersebut.

PUAS DIRI

Dalam kemeriahan pagelaran Piala Dunia 2018 di Rusia, sambil menyaksikan setiap pertandingan yang ditemani segelas kopi atau susu hangat dan sajian Kacang Garuda, mungkin kita tidak sekadar menonton. Paling tidak sedikit mengingat pembelajaran yang ada. Selain tentang sportivitas, ada lagi tentang nilai kehidupan.

Dalam pertandingan, setiap tim pasti bernafsu mengejar bola yang bergerak ke sana-sini untuk mengoper ke rekannya atau menendang ke arah gawang lawan untuk mencetak gol. Semua dengan tujuan untuk meraih kemenangan tentunya. Berbagai taktik dan trik diterapkan.

Tetapi selama pertandingan belum berakhir, gol yang tercipta belum pasti akan menjadikan tim tersebut keluar sebagai pemenang. Tidak jarang terjadi sebuah tim yang sudah mencetak satu atau dua bahkan tiga gol, berakhir dengan kekalahan. Kemenangan di depan mata lenyap seketika.

Kenapa? Lengah dan sudah puas dengan keunggulan yang sudah dimiliki. Berpikir kemenangan sudah dalam genggaman. Padahal waktu pertandingan masih berlangsung. Wasit belum meniupkan peluit untuk mengakhiri pertandingan.

Sama halnya dalam kehidupan ini seringkali terjadi pada diri kita. Bekerja keras sampai lupa waktu demi meraih kesuksesan. Sibuk cari uang ke sana-sini.Tak lelah mengejar karir untuk masa depan yang lebih baik.

Dalam bidang spiritual, kita membina dan menempa diri dengan tekun untuk menjadi insan yang baik dan benar. Demi semua itu entah berapa banyak pengorbanan yang harus dilakukan.

Ketika semua apa yang menjadi tujuan tercapai, kita seketika berpuas diri, tinggi hati, dan merasa sudah keluar sebagai pemenang.  Lupa bahwa kehidupan masih berjalan. Akhirnya jatuh dalam kehidupan. Menyesal pun tiada guna. Tidak sadar bahwa untuk menjadi pemenang kehidupan harus terus berjuang sampai pada akhirnya kehidupan.

SADAR DIRI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun