Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Bola

Bagai Kacang Lupa Kulitnya, Nonton Bola Jangan Lupa Kacang Garuda

23 Juni 2018   07:34 Diperbarui: 23 Juni 2018   14:27 887
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika menonton pertandingan sepak bola tak jarang tanpa sadar kita berteriak dan memarahi pemain karena salah mengoper atau gagal mencetak gol. Kepada wasit pun kita sering menudingnya 'goblok' karena kita anggap salah mengambil keputusan.

Kita tidak sadar diri, bagaimana posisi kita bila berada dalam kondisi yang ada. Kita tidak sadar diri, bahwa kita pun bisa saja melakukan hal yang sama. Yang jelas juga kita perlu sadar diri bahwa kita pasti tidak lebih baik atau lebih hebat daripada para pemain yang berada di lapangan atau wasit yang memimpin pertandingan. Bila kita sadar diri, tak mungkin akan mengatakan yang macam-macam ke para pemain dan wasit yang jelas lebih ahli dari diri kita.

Perhelatan Piala Dunia sejatinya adalah murni kegiatan olahraga yang penuh dengan sportivitas. Kita perlu sadar diri akan hal ini, sehingga tidak menjadikannya sebagai ajang perjudian.

Tak dapat dipungkiri, sudah bukan rahasia lagi, ajang-ajang dalam olahraga, terutama dalam sepak bola sangat sering menjadi sarana perjudian. Dalam ajang Piala Dunia ini, kalau kita tak sadar diri akan dengan mudah berdalih,"Cuma empat tahun sekali atau sekadar iseng ini taruhannya."

Bisa juga dengan alasan, agar bersemangat menonton bila ada taruhannya. Tetapi apapun itu tetap saja judi namanya. Demikianlah kebenarannya, seringkali ketidaksadaran membuat diri membenarkan apa yang salah.

Sadar diri, bahwa saat ini posisi kita hanyalah penonton atau pendukung salah satu negara kontestan. Jadi tidak ada urusan dengan nasionalisme. Sebagai penonton yang kita butuhkan adalah kesenangan dan hiburan. Bukan yang lain.

PENONTON SEJATI

Untuk itulah, lebih baik memilih menjadi penonton yang sejati yang dapat menikmati setiap pertandingan sebagaimana adanya. Karena yang namanya pertandingan pasti ada kalah dan menang.

Jadi tidak perlu terlalu bergembira saat tim kesayangan menang, apalagi melampiaskan dengan minum-minum sampai mabuk. Begitu pula ketika tim favorit harus mengalami kekalahan, tidak perlu terlalu bersedih menangis sampai semalam suntuk.

Kalah-menang adalah bagian dari pertandingan. Berani menerima kekalahan pun merupakan kemenangan. Mau selalu menang dan tidak mau menerima kekalahan ini bermasalah jadinya.

Sebagai penonton sejati, tidak akan larut menikmati kemenangan tim kesayangan sambil melecehkan tim dan pendukungnya yang menelan kekalahan. Sebaliknya pun tidak akan merisaukan kekalahan tim yang didukung. Karena sadar, pada akhirnya, dari sekian banyak peserta, hanya akan ada satu tim saja yang mengangkat Piala Dunia pada akhirnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun