Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menyelami Kehidupan Bersama Kompasiana

27 Juli 2013   13:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:58 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1374912836848219147

Menjadi pembaca yang bijak dan cerdas itu tidak mudah. Perlu waktu dan proses. Setiap hari begitu banyak tulisan yang tersaji untuk kita pilih. Ada yang sejuk ada yang mengaduk emosi di Kompasiana.

Bahkan ada yang dari membaca judulnya saja sudah merangsang pikiran dan memacu adrenalin tanpa tahu terlebih dahulu isinya. Bila sikap bijak dan cerdas kita abaikan, dipastikan kita akan capai dan sering terbawa emosi.

Dengan demikian tidak ada manfaat yang akan kita petik. Kerugian sudah pasti. Tensi darah jadi meninggi dan hati jadi benci.

Membaca tidak hanya cukup dengan penglihatan mata dan dicerna oleh pikiran. Tapi juga perlu kecerdasan emosi dan spiritual, sehingga apa yang dibaca dapat dicerna dengan baik.

Dengan demikian apapun yang kita baca akan jadi bernilai. Tulisan baik atau buruk tetap dapat menjadi gizi yang menyehatkan jiwa.

TIDAK BERPIHAK DALAM KONFLIK

Dunia Kompasiana sepanjang yang telah saya lalui selama hampir empat tahun ini tak pernah lepas dari konflik. Masalah politik, agama sampai urusan pribadi bisa menjadi bahan pemicu konflik.

Namanya masih ada keegoan rasanya gatal kalau tidak menjadi pemihak satu kubu yang sealiran atau sepemikiran dengan kita.

Kadang tanpa kita sadari, apa yang kita lakukan justru semakin memperkeruh keadaan. Alih-alih ikut meredakan.

Yang parah tanpa tahu permasalahan kita menjadi bak jagoan sebagai pembela justru di pihak yang salah.

Dalam konflik yang terjadi, sejatinya kita dapat melihat masalah dengan jernih. Bila mampu justru berusaha mendamaikan atau minimal tidak ikut campur dengan memanasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun