Aridha Prassetya, wanita menarik, cantik, dan tulisannya selalu menggelitik Beliau juga seorang pendidik. Seorang Ibu bagi anak yang lahir dari rahimnya sendiri dan juga Ibu bagi anak-anak didiknya. Pengalaman hidup yang pahit dan getir telah mengajarinya menjadi  seorang wanita tangguh mengarungi kehidupan.
Hari ini, saya mencoba mengajak para sahabat untuk menyelami kehidupan ini bersama dengan wanita yang kaya akan falsafah hidup menuju kepada sebagai manusia seutuhnya. Menyelami dengan mengutip tiga mutiara hati yang saya ambil dari buku terbarunya 'Perempuan [Tak Boleh] Rapuh'.
Mari kita mulai dan siapkan hati untuk menyelami:
[Kesakitan-kesakitan adalah pelajaran dan guru yang dikirim Tuhan untuk sebuah kekuatan dan ketangguhan baru. Dalam kesakitan, aku berjuang untuk mampu bersabar. Bersabar menunggu Dia yang sedang menyelesaikan pekerjaan_Nya mengangkat 'penyakit' dari tubuhku.]
Bagi mereka yang sadar dan tercerahkan, kesakitan-kesakitan yang diterima adalah merupakan keberuntungan yang pantas untuk dirayakan dengan suka cita.
Dihina, dilecehkan, ditertawakan bila diterima dengan lapang dada dan pengampunan, maka akan menjadi bahan bakar yang  semakin menerangi hati.
Penderitaan dan segala cobaan hidup yang datang bila dapat dihadapi tanpa keluh kesah pasti akan dapat dijalani menuju kepada kebahagiaan.
Demi menghadapi semua itu, pelajaran yang paling berharga adalah kita diajar menjadi manusia yang sabar. Sabar untuk tidak mempertanyakan eksistensi Tuhan. Tetapi bersabar dalam percaya bahwa Tuhan sedang membentuk karakter kita sesuai keinginan-Nya.
Bila segala kesakitan itu dengan sabar kita terima dan jalani, maka pada waktunya kita akan lahir menjadi manusia baru yang tangguh dan penuh suka cita menjalani hidup ini.
[Sebab aku lahir dalam keadaan hati yang bersih dan sehat, tubuh fisik yang sehat, serta rupa wajah yang sehat. Aku ingin 'pulang' kepada-Nya dalam keadaan yang sama. Agar Dia tidak kecewa.]
Pada akhirnya setiap manusia akan berpulang ke asalnya. Bila masanya sudah habis dan itu pasti akan terjadi. Apakah kita ada menyadari hal ini dengan sebaik-baiknya mempersiapkan diri?
Setiap manusia pada mulanya semuanya suci bersih. Tetapi dalam perjalanannya mulai tumbuh hati iri dan dengki, serakah, benci, dendam, dan kekotoran batin lainnya.
Semua sifat buruk itulah yang harus kita bersihkan, agar kelak saat berpulang semua itu sudah hilang. Tak ikut berpulang.
Bisa menyadari sejatinya diri kita sudah merupakan awal menuju kepada pencerahan untuk memahami hakekat hidup.Menyucikan diri, agar kelak berpulang sudah dalam keadaan bersih, sehingga layak berada di sisi-Nya.
[Bila kuingat bahwa Allah merencanakan segala sesuatu dengan sempurna, maka setiap hatiku merasa tidak bahagia, aku mengingatkan diriku, bahwa segalanya berjalan sempurna.]
Pada bait ini kita menyelami untuk melihat ke dalam diri. Bagaimana menyikapi segala ketidak-nyamanan yang hadir dalam hidup kita?
Jangan pernah berkeluh kesah dan menyalahkan Tuhan. Karena Tuhan pasti selalu merencanakan yang terbaik bagi hidup kita.
Bila kita menyikapi setiap hal yang datang dengan pandangan yang positif dan hati yang bersih, maka akan ada rasa syukur yang hadir. Bila demikian, yang ada adalah rasa terima kasih yang tak terbatas.Kegelapan akan sirna digantikan oleh hati yang berbunga-bunga. Ini hanya masalah hati.
Setiap hati manusia sejatinya adalah sama. Menyelami kata-kata Bu Aridha yang lahir atas pengalaman hidupnya, tentu kita juga bisa mengubah ketidak-bahagiaan menjadi bahagia dalam sekejab  hanya  dengan mengubah sudut pandang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H