Maaf, harus saya katakan bahwa berpoligami itu memang menjijikkan kalau melihat kelakuan segelintir lelaki. Tak heran ada istilah keren untuk poligami "selingkuh yang dilegalkan". Terlepas ada yang setuju atau malahan akan dengan jijik menilai tulisan ini sebagai sampah.
Saya berani mengatakan hal ini atas dasar pengalaman dan pengamatan saya selama ini. Jadi bukan hasil mengarang, menuduh ataupun fitnah.
Tidak sedikit lelaki berpoligami hanya demi untuk memuaskan nafsunya saja. Tanpa peduli dengan perasaan istri-istrinya.
Ini adalah perilaku sosial sebagian masyarakat yang ada di sekitar kita. Jangan sangkut pautkan dengan agama.
Bahkan ada yang berpoligami demi untuk menunjukkan kejantanannya. Gagahan bisa menaklukan banyak wanita. Menjijikkan bukan?
Waktu saya bekerja di daerah Legok, Tangerang. Itulah keterkejutan saya yang pertama tentang poligami (orang Sunda menyebutnya nyandung).
Bagaimana tidak kaget? Lelaki yang beristri lebih dari satu dianggap hal biasa. Tukang kebun saja di tempat saya kerja bisa beristri dua. Setali tiga uang dengan satpamnya.
Malah ada yang dengan bangga menceritakan pernah memiliki istri lebih dari sepuluh. Tapi semua sudah ditinggal. Apa tidak menjijikkan?
Tidak heran kalau kepala desanya bisa punya istri sampai tujuh. Bayangkan, bagaimana menjatahnya?
Karena begitu mudahnya berpoligami, maka begitu mudahnya juga diceraikan. Jadi banyaklah janda di mana-mana.
Berpindah ke Majalengka. Keadaannya tak jauh berbeda. Lebih gampang lagi untuk berpoligami. Kalau niat dan mau.
Waktu itu tawaran berdatangan dan "ikhlas" dipoligami. Teman-teman selalu mengompori. Istri memang cukup satu. Di sana satu, di sini satu. Tidak apa-apa toh? Namanya juga lelaki!
Untung hidup ini selalu pas-pasan, sehingga tidak akan cukup untuk membiayai istri lebih dari satu. Kalau tidak, ehmmm ....
Ternyata lelaki yang suka berpoligami itu ada di mana-mana. Kembali ke Tangerang, bekerja dan tinggal di mess.
Lagi-lagi ada teman yang menggoda,"Pak, daripada pusing di pabrik. Cari satu lagi kenapa buat hiburan?"
"Waduuuh, satu aja udah pusing. Bagaimana kalau dua? Bisa tambah pusing!" saya beralasan.
"Siapa tahu, punya dua pusingnya jadi hilang?! Saya aja punya tiga tenang-tenang aja. Ngapain dipusingin!? Malah enak." teman ini membeberkan rahasianya.
Coba pikir. Bagaimana tidak menjijikkan? Orang mau jadi pria yang setia malah diprovokasi untuk berpoligami!
Kalau berpoligami hanya untuk tujuan memuaskan syahwat. Setelah puas dan bosan lalu diceraikan.
Tanpa peduli dengan perasaan wanita dan masa depan anak-anak. Apakah salah bila saya bilang poligami model begitu menjijikkan?
Terakhir, betapa menjijikkannya poligami. Karena dapat menjadi sumber kebohongan dan ketidak-adilan serta merusak masa depan anak-anak yang belum tahu apa-apa.
Tetapi kalau ada yang bilang poligami itu ibadah, mulia, daripada selingkuh itu bukan urusan saya. Itu hak Anda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H