Waktu itu tawaran berdatangan dan "ikhlas" dipoligami. Teman-teman selalu mengompori. Istri memang cukup satu. Di sana satu, di sini satu. Tidak apa-apa toh? Namanya juga lelaki!
Untung hidup ini selalu pas-pasan, sehingga tidak akan cukup untuk membiayai istri lebih dari satu. Kalau tidak, ehmmm ....
Ternyata lelaki yang suka berpoligami itu ada di mana-mana. Kembali ke Tangerang, bekerja dan tinggal di mess.
Lagi-lagi ada teman yang menggoda,"Pak, daripada pusing di pabrik. Cari satu lagi kenapa buat hiburan?"
"Waduuuh, satu aja udah pusing. Bagaimana kalau dua? Bisa tambah pusing!" saya beralasan.
"Siapa tahu, punya dua pusingnya jadi hilang?! Saya aja punya tiga tenang-tenang aja. Ngapain dipusingin!? Malah enak." teman ini membeberkan rahasianya.
Coba pikir. Bagaimana tidak menjijikkan? Orang mau jadi pria yang setia malah diprovokasi untuk berpoligami!
Kalau berpoligami hanya untuk tujuan memuaskan syahwat. Setelah puas dan bosan lalu diceraikan.
Tanpa peduli dengan perasaan wanita dan masa depan anak-anak. Apakah salah bila saya bilang poligami model begitu menjijikkan?
Terakhir, betapa menjijikkannya poligami. Karena dapat menjadi sumber kebohongan dan ketidak-adilan serta merusak masa depan anak-anak yang belum tahu apa-apa.
Tetapi kalau ada yang bilang poligami itu ibadah, mulia, daripada selingkuh itu bukan urusan saya. Itu hak Anda.