Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Wanita Penjaja Cinta yang Malang

27 Juli 2012   14:35 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:33 651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk menutupi semua kebutuhannya Wiwin harus pinjam sana-sini. Sampai pada resteinir.

Semakin hari Wiwin semakin terperosok. Aliang tiada kecurigaan sekalipun atas gaya hidup Wiwin yang berselingkuh.

Begitulah, tiga tahun kehidupan Wiwin harus penuh kebohongan. Sampai kemudian perbuatan Wiwin terkuak.

Hutang di mana-mana berselingkuh lagi. Betapa marahnya Aliang. Tetapi Aliang masih bersabar dan memaafkan. Setelah Wiwin minta ampun dan berjanji tidak mengulangi perbuatannya.

Seperti umumnya kebanyakan manusia, sedikit yang benar-benar bertobat dan tidak mengulangi kesalahannya.

Itulah yang terjadi pada Wiwin. Selang belum setahun. Wiwin kembali jatuh dalam gaya hidupnya yang lama. Berfoya-foya dan kembali pada selingkuhannya yang dulu, Johan.

Nasib sudah berubah. Ternyata tidak membuat kepribadian menjadi lebih baik. Tragis. Perbuatan Wiwin akhirnya ketahuan juga oleh Aliang. Tiada ampun lagi bagi Wiwin.

Ia diusir dan diceraikan tanpa bisa membawa apa-apa. Bahkan kedua buah hatinya.

Sekarang lelaki yang menjadi selingkuhannya pun pergi meninggalkannya dalam kesendirian.

Apa yang bisa dilakukan Wiwin? Tak ada pilihan ia kembali harus menjalani hidup dari pelukan satu lelaki ke lelaki lain dengan penuh rasa getir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun