Sesungguhnya bagi yang mengerti tentang hakekat kebenaran (ajaran agama), maka tiada yang perlu diperdebatkan lagi. Karena mereka akan menyibukkan diri mewujudkan ajaran agamanya.
Sebaliknya orang-orang yang lebih sibuk memperdebatkan agama tanpa sadar telah memperlihatkan kebodohan rohaninya.
#
Membicarakan hakekat kebenaran bisa jadi bisa membuat kita lebih pintar dan berwawasan luas. Membuat kita banyak tahu dan tampak hebat. Karena kita menjadi berhasrat untuk mencari dan belajar.
Tetapi belum tentu menjamin kita akan semakin cerdas secara kerohanian. Menjadikan kita lebih bijak dan dewasa dalam kebatinan.
Karena kecerdasan rohani hanya dapat kita peroleh dengan merenungi dalam kesunyian tentang hakekat kebenaran yang diajarkan oleh agama.
Kedewasaan rohani akan kita peroleh melalui pengalaman hidup sehari-hari yang dapat kita jadikan sebagai refleksi dan introspeksi.
Hiruk-pikuk perdebatan kita tentang ajaran agama lebih membuat jiwa kita semakin kerdil. Lebih parah lagi ego semakin membesar. Semakin menjauh dari kesejatian.
Bisa saja kita kemukakan sejuta pembenaran. Bahwa perdebatan itu baik adanya. Bisa menambahkan kedewasaan kita dalam beradu argumen.
Tidak ada yang salah memang. Namun siapa yang dapat menjamin demikian kebenarannya?
Seringkali dalam keramaian membicarakan tentang ajaran agama. Kita terjebak menunjukkan kebodohan rohani kita.
Karena bagi mereka yang mengerti ajaran agamanya. Sudah memahami inti kebenaran, maka tidak akan banyak bicara lagi. Lebih banyak meneliti ke dalam diri.
Percayalah. Bagi mereka yang telah mengerti, maka tidak akan menyibukkan diri mempertunjukkan bahwa dirinya paling benar.
Hanya kita yang masih dalam kebodohan rohani yang masih perlu merasa sibuk untuk mendapatkan pengakuan. Bahwa ajaran atau keyakinan kita yang paling benar.
Percayalah.Bahwa kebenaran hakiki itu tidak perlu pengakuan dari siapapun. Karena semesta akan menunjukkan kebenaran itu pada akhirnya.
Lagi pula kebenaran yang sesungguhnya tidak akan mampu dibahas dengan kata-kata.
Kata-kata yang ditulis dari tinta sebanyak tujuh samudra pun tak akan sanggup menjelaskan.
Semakin banyak kebenaran ajaran agama yang kita bicarakan dan perdebatan. Bisa-bisa membuat kita semakin jauh dari kebenaran. Semakin terjebak dalam kebodohan rohani.
Selesai membaca tulisan ini kemungkinan akan terdengar protes dari semuanya,"Woiii sadar woiiii... yang nulis tuh bodohnya kebangetan. Udah bodoh duniawi, bodoh rohani lagi!"
Bisa protes apa saya, selain mengamini?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H