Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kebodohan Rohani

5 Juli 2012   17:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:16 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sesungguhnya bagi yang mengerti tentang hakekat kebenaran (ajaran agama), maka tiada yang perlu diperdebatkan lagi. Karena mereka akan menyibukkan diri mewujudkan ajaran agamanya.

Sebaliknya orang-orang yang lebih sibuk memperdebatkan agama tanpa sadar telah memperlihatkan kebodohan rohaninya.

#
Membicarakan hakekat kebenaran bisa jadi bisa membuat kita lebih pintar dan berwawasan luas. Membuat kita banyak tahu dan tampak hebat. Karena kita menjadi berhasrat untuk mencari dan belajar.

Tetapi belum tentu menjamin kita akan semakin cerdas secara kerohanian. Menjadikan kita lebih bijak dan dewasa dalam kebatinan.

Karena kecerdasan rohani hanya dapat kita peroleh dengan merenungi dalam kesunyian tentang hakekat kebenaran yang diajarkan oleh agama.

Kedewasaan rohani akan kita peroleh melalui pengalaman hidup sehari-hari yang dapat kita jadikan sebagai refleksi dan introspeksi.

Hiruk-pikuk perdebatan kita tentang ajaran agama lebih membuat jiwa kita semakin kerdil. Lebih parah lagi ego semakin membesar. Semakin menjauh dari kesejatian.

Bisa saja kita kemukakan sejuta pembenaran. Bahwa perdebatan itu baik adanya. Bisa menambahkan kedewasaan kita dalam beradu argumen.

Tidak ada yang salah memang. Namun siapa yang dapat menjamin demikian kebenarannya?

Seringkali dalam keramaian membicarakan tentang ajaran agama. Kita terjebak menunjukkan kebodohan rohani kita.

Karena bagi mereka yang mengerti ajaran agamanya. Sudah memahami inti kebenaran, maka tidak akan banyak bicara lagi. Lebih banyak meneliti ke dalam diri.

Percayalah. Bagi mereka yang telah mengerti, maka tidak akan menyibukkan diri mempertunjukkan bahwa dirinya paling benar.

Hanya kita yang masih dalam kebodohan rohani yang masih perlu merasa sibuk untuk mendapatkan pengakuan. Bahwa ajaran atau keyakinan kita yang paling benar.

Percayalah.Bahwa kebenaran hakiki itu tidak perlu pengakuan dari siapapun. Karena semesta akan menunjukkan kebenaran itu pada akhirnya.

Lagi pula kebenaran yang sesungguhnya tidak akan mampu dibahas dengan kata-kata.

Kata-kata yang ditulis dari tinta sebanyak tujuh samudra pun tak akan sanggup menjelaskan.

Semakin banyak kebenaran ajaran agama yang kita bicarakan dan perdebatan. Bisa-bisa membuat kita semakin jauh dari kebenaran. Semakin terjebak dalam kebodohan rohani.

Selesai membaca tulisan ini kemungkinan akan terdengar protes dari semuanya,"Woiii sadar woiiii... yang nulis tuh bodohnya kebangetan. Udah bodoh duniawi, bodoh rohani lagi!"

Bisa protes apa saya, selain mengamini?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun