[caption id="attachment_185715" align="alignnone" width="640" caption="Aksi Koboy Palmerah//Sidominews.com "][/caption]
Pelaku aksi "Koboy Palmerah" yang menghebohkan, Senin, 30 April 2102 itu ternyata anggota TNI Markas Besar Angkatan Darat.
Peristiwa aksi koboy tersebut direkam dan diunggah seseorang ke Youtube dengan nama "UnpluggedTheTV". Dalam video itu tampak perilaku seorang yang mengendarai mobil TNI AD berselisih dengan pengendara motor skuter di kawasan Palmerah Selatan.
Hebohlah masyarakat dan menjadi topik hangat di dunia maya. Apapun alasannya perilaku oknum TNI tersebut yang mengeluarkan pistol mengancam pengendara yang berselisih dengannya tak dibenarkan. Walaupun pistol tersebut diakui hanya senjata mainan.
Sebenarnya kita tak perlu heboh. Karena perilaku oknum aparat yang arogan itu bukan cerita baru lagi.
Bila dibandingkan sekarang. Dulu bisa lebih brutal lagi. Bedanya perilaku arogan tersebut bisa disebarkan secara luas di dunia maya. Kalau dulu bisa ditutup-tutupi.
Ya, namanya juga aparat. Apalagi punya kedudukan dan senjata. Mau arogan yang suka-sukanya. Kalau timbul masalah, yang menangani aparat juga. Tidak mungkin "seguru-seilmu" akan saling mengganggu. Pastinya akan damai di belakang layar atau di bawah meja.
Namun aksi koboy Kapten A di Palmerah itu. Menurut saya tidak sepenuhnya salah. Masyarakat ramai-ramai menghakimi karena sudah terprovokasi oleh rekam jejak aparat selama ini yang arogan.
Bagi kita yang biasa berkendaraan di jalan raya. Kemungkinan sudah jengah dengan perilaku para pengendara sepeda motor yang super arogan. Bak jalanan dia yang punya.
Karena tidak peduli salah atau benar. Tidak mau tahu masalahnya kalau terjadi senggolan antara mobil dan motor. Mobillah yang selalu disalahkan.
Teman saya yang kendaraannya sedang berhenti dan ditabrak, malahan dimintai ganti rugi. Sampai STNK-nya ditahan. Padahal dia korban.
Ada lagi teman yang harus mengeluarkan kunci stang mobilnya. Karena ada pengendara motor yang memalangkan motornya menghalangi jalan. Lalu dengan helm menggedor mobilnya.
Karena motornya tersenggol gara-gara memotong jalan saat hendak membelok.
Selama berkelana di jalanan sering saya menemukan para pengendara motor yang arogan. Sembarang menyalin dan mengambil jalur orang.
Tetapi ketika tersenggol, mereka lebih galak seperti mau makan orang. Tidak mau disalahkan.
Kalau ketemu pengendara mobil yang penakut pasti tidak bisa berbuat apa-apa. Apalagi begitu kejadian langsung dikerumuni para pengendara motor lainnya.
Sebaliknya bila ketemu orang yang nekad atau aparat. Terjadilah saling aduh mulut atau kekuatan.
Kemudian ketika terjadi apa-apa dengan pengendara motor. Mereka dianggap korban.
Tanpa memahami kejadian yang sesungguhnya aksi "Koboy Palmerah" kita menghujat dan menghakimi Kapten A.
Padahal bila kita berada pada posisi Kapten A. Bisa saja kita melakukan aksi yang sama atau mungkin lebih parah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H