Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bu Izah, Kezaliman Tidak Membuatnya Putus Asa (Inspirasi Untuk Wanita 20)

5 Februari 2011   03:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:53 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sebuah kisah duka seorang wanita diatas bumi yang memberikan sejuta suka cita. Entah berapa tetes airmata yang telah terkuras atas derita ini. Apakah masih ada airmata yang tersisa? Yang pasti, langkah-langkahnya masih tegar berpijak pada bumi. Gairahnya tak berkurang untuk terus berjuang menggapai hari.

Diatas sejuta keindahan dewata, ternyata ada sejarah duka atas seorang wanita. Derita yang tak pernah diharapkan tentunya! Tetapi ini adalah pelajaran hidup yang berharga.


*
Pulau Dewata yang indah dengan panorama alamnya telah mengundang jutaan manusia diseluruh pelosok bumi untuk mendatanginya. Bahkan para dewa-dewi tak segan turun untuk bermain sepuasnya layaknya di nirwana.

Keindahan dewata begitu menggoda dan dikenal diseluruh jagat raya, bahkan sampai ke surga.
Namanya lebih dikenal dunia daripada nama Indonesia.
Nama yang memberikan jaminan kepuasan untuk memanjakan mata dan rasa.

Pulau Dewata memang fenomenal dan selalu menghadirkan senyuman bagi pertiwi. Segala penat dan ketegangan hilang ketika kaki diinjakan menyusuri pantai-pantainya yang menyejukkan mata dan hati.

Sepanjang waktu, siang-malam selalu ada pesona yang dapat dinikmati. Kesantunan dan keramahan penduduknya tersebar kemana-mana. Yang ada hanya keceriaan dan suka cita. Aman dan terjaga kerukunannya.

Namun memang tiada yang sempurna di muka bumi ini. Diatas suka selalu tersimpan duka. Diatas gembira ada tersimpan kesedihan. Didalam tawa ada muram.
Begitulah selalu ada terang dan diiringi gelap.

Sebab segala keindahan dewata hanya ada dalam cerita bagi Bu Izah. Bertahun-tahun ia harus menghadapi derita dan duka yang hadir dalam kehidupannya.

Bayangan indah ketika awal kedatangannya untuk membuka usaha tak bertahan lama. Karena kenyataan yang ada tak seindah dalam bayangan.

Rasanya akupun tak dapat untuk mempercayainya. Bahwa ada kisah sedih di pulau yang indah ini.
Tetapi aku menyadari, apapun bisa terjadi dalam hidup ini.
Antara suka dan duka adalah seperti bayangan.

Hari demi hari Ibu Izah lalui dalam bayangan gelap dan menguras kesabaran. Usaha yang dibangun selalu mendapat gangguan. Kehilangan aset yang tercuri seakan menjadi cerita basi.

Menghadapi pegawai-pegawai yang malas dan mau menang sendiri sudah menjadi menu keseharian yang menguras energi.
Kemarahan yang ada kadang harus tertahan. Sebab bila ditumpahkan, akan mendapat perlawanan dan ancaman.

"Saya harus bertahan, walaupun berat rasanya. Saya percaya suatu saat pasti akan bisa keluar dari kekelaman ini!"
Begitu tekad Bu Izah dan melanjutkan perkataannya dalam nada keyakinan.

"Saya selalu percaya bahwa Tuhan akan membukakan jalan atas kezaliman yang saya terima selalu ini!"

Entah sudah berapa tumpuk kesabaran Bu Izah yang terkuras. Tetapi ia masih menyisakan kesabaran atas masa depannya. Hidup harus terus berlanjut dan tidak boleh larut dalam kesedihan.

Langkah demi langkah ditapaki walau terasa berat. Bu Izah tak putus asa dalam langkahnya.
Ada rasa sesal dan marah atas semua keadaan ini.

Tetapi rasa syukur dan ikhlas membuatnya tak menyisakan ruang untuk membenci keadaan dan menaruh dendam pada orang-orang yang berbuat zalim padanya.

Menerima semua sebagai cobaan untuk mempertebal keimanan. Cobaan yang ada adalah sebagai untuk mendewasakan diri sebagai manusia.
Hal inilah yang tak membuat Bu Izah hidup dalam keputusasaan dan mengalami stres berat.

Rasa percaya telah menguatkan hidupnya. Keyakinan membuatnya tegar dalam cobaan ini.
Rasa syukur meringankan setiap langkahnya.

Bu Izah percaya, masa kelamnya pasti akan berlalu berganti terang. Masa dukanya akan digantikan suka cita.
Karena Ibu Izah pasrah atas semua ini dalam doa-doa dan melakukan usaha terbaik yang bisa ia lakukan.

Ibu Izah, memang harus menghadapi semua ini seorang diri. Sebab sampai umur 37 ini harus hidup sendiri. Belum menemukan jodoh yang sehati. Tetapi itu tidak menjadi beban baginya.

Tetapi dalam kesendirian dan cobaan yang seakan tak berhenti ini, Bu Izah tak lupa untuk berbagi kasih untuk membantu orang-orang yang tidak mampu. Menjadi orangtua asuh untuk menyekolahkan anak-anak yatim piatu.

Penderitaan atas perlakuan orang lain padanya tak mematikan rasa empatinya untuk peduli pada orang lain.
Duka yang menyelimuti perjalanan hidupnya, tak membuatnya berputus asa dalam kebaikan kepada sesama.

"Bisa berbagi kebaikan dan peduli pada sesama, bagi saya adalah sebuah penghiburan!" Kata Bu Izah mantap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun