Bukannya dijadikan kawan namun justru memilih memusuhi. Tak heran semakin banyak yang siap melacurkan diri. Siapa yang peduli?
Yang tak kalah kelam adalah negeri yang penduduknya dikenal lemah lembut dan santun ini kini dikuasai para preman.Â
Premanisme juga ada dimana-mana. Dipinggiran jalan sampai di istana. Mereka ini menguasai hampir setiap sendi-sendi kehidupan.
Bahkan preman lebih hebat daripada pejabat. Walaupun mereka bersalah, sulit dijangkau hukuman. Bisa tetap memegang peranan tak tergoyahkan.
Bahkan ada yang jadi status terdakwapun masih bisa tetap mencalonkan menjadi pejabat. Bayangkan, penjahat saja nekad menjadi pejabat.Â
Apa jadinya nanti, bila dengan kekuasaan dan uang akhirnya bisa menjadi pejabat?
Namanya negara hukum, tapi entah hukum apa yang berlaku? Hukum hanya berlaku dan adil bila tak ada uang untuk menyogok para penegak hukum.Â
Tetapi bila ada uang yang siap ditabokan, maka para penegak hukum tak bisa berdiri tegak lagi. Semua bisa diatur dibelakang layar asal ada uang.
Pasal-pasal hukum hanya dijadikan para pengacara dan penegak hukum untuk dijadikan perdebatan untuk menunjukkan siapa yang lebih pintar. Hanyalah sebuah dagelan saja.
Sungguh aneh memang negeri kini ini kaya raya dengan potensi alamnya, namun rakyatnya masih banyak yang hidup dalam kemiskinan.Â
Kekayaan alamnya yang semestinya untuk kesejahteraan rakyat, diangkut untuk mempertebal pundi-pundi segelintir pengusaha.