Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Catatan Kelam Negeri Para Suci [2]

21 Januari 2011   16:12 Diperbarui: 17 Juli 2020   23:17 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12956268511863203040

Bukannya dijadikan kawan namun justru memilih memusuhi. Tak heran semakin banyak yang siap melacurkan diri. Siapa yang peduli?

Yang tak kalah kelam adalah negeri yang penduduknya dikenal lemah lembut dan santun ini kini dikuasai para preman. 

Premanisme juga ada dimana-mana. Dipinggiran jalan sampai di istana. Mereka ini menguasai hampir setiap sendi-sendi kehidupan.

Bahkan preman lebih hebat daripada pejabat. Walaupun mereka bersalah, sulit dijangkau hukuman. Bisa tetap memegang peranan tak tergoyahkan.

Bahkan ada yang jadi status terdakwapun masih bisa tetap mencalonkan menjadi pejabat. Bayangkan, penjahat saja nekad menjadi pejabat. 

Apa jadinya nanti, bila dengan kekuasaan dan uang akhirnya bisa menjadi pejabat?

Namanya negara hukum, tapi entah hukum apa yang berlaku? Hukum hanya berlaku dan adil bila tak ada uang untuk menyogok para penegak hukum. 

Tetapi bila ada uang yang siap ditabokan, maka para penegak hukum tak bisa berdiri tegak lagi. Semua bisa diatur dibelakang layar asal ada uang.

Pasal-pasal hukum hanya dijadikan para pengacara dan penegak hukum untuk dijadikan perdebatan untuk menunjukkan siapa yang lebih pintar. Hanyalah sebuah dagelan saja.

Sungguh aneh memang negeri kini ini kaya raya dengan potensi alamnya, namun rakyatnya masih banyak yang hidup dalam kemiskinan. 

Kekayaan alamnya yang semestinya untuk kesejahteraan rakyat, diangkut untuk mempertebal pundi-pundi segelintir pengusaha.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun