Siapakah seseorang itu? Tentu saja saya mengenal baik seseorang itu, sebab ia adalah orang yang menuliskan hal ini.
Seorang Budiman menuntut dirinya sendiri, seorang rendah budi menuntut orang lain...
Seseorang yang sudah tahu untuk lebih menuntut dirinya menjadi baik, itu namanya sudah mengerti dan tahu akan dirinya sejati.
Namun orang yang hanya tahu menuntut orang lain menjadi baik, ini namanya mau menang sendiri atau tak tahu diri. Tahunya orang lain harus begini-begini, pokoknya harus baik. Kalau dirinya mau brengsek itu urusan sendiri. Orang lain tak boleh komplain.
Tahu siapa orang ini? Yang jelasnya dikatakan orang yang rendah budi. Kali ini saya terpaksa tak mau mengakui kalau jenis orang ini adalah saya. Takut jadi orang sok berbudi.
Karena sifat suka menuntut orang lain ini seringnya tidak sadar terjadi. Seperti contoh, teriak-teriak kalau para pejabat jangan korupsi. Tanpa perlu merasa bersalah bawa pulang beberapa alat tulis dari kantor untuk anak di rumah.
Sebal sama bos atau atasan yang suka marah-marah di tempat pekerjaan, tapi di rumah anak, istri/suami, dan pembantu seringkali jadi sasaran kemarahan sebagai pelampiasan kekesalan dari kantor.
Kita mau pemimpin harus yang baik dan begitu-begini, sementara kita memimpin diri sendiri atau menjadi pemimpin dalam lingkup kecil yang bernama keluarga saja tak bisa. Duh, sedihnya.
Seorang Budiman dapat menampung ide atau gagasan orang lain meskipun tidak seide dan rukun, sedangkan seorang rendah budi dapat menyamakan idenya tetapi tidak dapat rukun.
Berjiwa besar dan dan menghargai pendapat orang lain itulah sifat berbudi. Tidak memaksakan pendapatnya sebagai yang paling baik dan orang lain harus mendukungnya. Tetapi akan mendukung ide yang baik orang lain demi kebaikan bersama.