Tak apalah kalau harus dikatakan sombong atau memamerkan diri, ketika harus menulis kenyataan yang ada. Sekitar tahun 2010 - 2012, nama Katedrarajawen mulai punya nama di Kompasiana. Terkenal karena produktivitasnya dalam menulis. Menjadi penulis paling produktif 2010 adalah sebagai bukti.
Hal ini semakin memacu diri untuk terus menulis dan menulis. Apalagi tulisan - tulisan cukup banyak yang masuk HeadLines HL) dan masuk kolom terpopuler atau belakangan menjadi kolom Trending Article (TA). Sehari malah bisa dua kali. Banyak pujian, Benar - benar semakin membuat hati ini melambung untuk terus menulis.
Embel - embel menulis untuk berbagi selalu menjadi tameng, sehingga lupa waktu untuk terus memacu diri menulis. Telepon genggam di tangan tak pernah lepas untuk dipencet.
Di pinggir jalan, saat antre di bank, di tempat tidur, bahkan di kamar mandi pun aksi menulis jalan terus. Tak heran istri sampai cemburu dengan HP yang selalu saya mesrai. Gawat, kan? Katanya menulis pakai hati tapi sampai tidak punya hati.
Setiap hari selalu berpikir keras untuk menulis yang menarik dan mendatangkan banyak pembaca. Judul - judul menarik dan heboh dipilih sebagai penarik. Hati selalu berharap tulisannya akan masuk HL atau TA tapi dikata - kata menulisnya lain. Ya itu 'menulis cuma untuk berbagi'.
Berbagi untuk siapa? Apa pernah peduli tulisan yang hendak dibagi itu ada yang suka? Tidak masalah, yang penting niatnya baik. Begitu selalu berargumen untuk selalu merasa benar sendiri.
Padahal yang sebenarnya begitu banyak waktu yang digunakan untuk menulis dan otak sepanjang hari bekerja keras untuk mencari ide dan celah demi mengejar nama serta pujian. Lagi - lagi mendapat pembelaan 'Bukankah itu hal yang wajar dan manusiawi?' Sejujurnya semua itu hanya untuk memuaskan nafsu keegoan. Mengejar nama atau popularitas.
Buktinya tidak segan - segan menulis hal yang berbau politik _topik yang hangat_ agar mendapat banyak pembaca walau harus menjelekkan pihak lain. Pejabat atau anggota dewan. Merasa diri yang paling benar saja. Egois, kan?
Sedikit postifnya godaan untuk menjadi populer membuat kita mau berusaha lebih keras dan selalu terpacu untuk terus menulis. Tetapi pada akhirnya akan menemukan titik jenuh. Kalau masih sadar.
Kembali Melihat Diri
Hiruk - pikuk dunia menulis di Kompasiana memang selalu menarik dan penuh kehebohan. Luar biasa, Yang datang dan pergi. Yang populer dan tenggelam silih berganti. Bisa terus bertahan sekian tahun merupakan prestasi tersendiri.