Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Perjalanan

29 Agustus 2014   01:30 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:15 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Tak apalah kalau harus dikatakan sombong atau memamerkan diri, ketika harus menulis kenyataan yang ada. Sekitar tahun 2010 - 2012, nama Katedrarajawen mulai punya nama di Kompasiana. Terkenal karena produktivitasnya dalam menulis. Menjadi penulis paling produktif  2010 adalah sebagai bukti.

Hal ini semakin memacu diri untuk terus menulis dan menulis. Apalagi tulisan - tulisan cukup banyak yang masuk HeadLines HL) dan masuk kolom terpopuler atau belakangan menjadi kolom Trending Article (TA). Sehari malah bisa dua kali. Banyak pujian, Benar - benar semakin membuat hati ini melambung untuk terus menulis.

Embel - embel menulis untuk berbagi selalu menjadi tameng, sehingga lupa waktu untuk terus memacu diri menulis. Telepon genggam di tangan tak pernah lepas  untuk dipencet.

Di pinggir jalan, saat antre di bank, di tempat tidur, bahkan di kamar mandi pun aksi menulis jalan terus. Tak heran istri sampai cemburu dengan HP yang selalu saya mesrai. Gawat, kan? Katanya menulis pakai hati tapi sampai tidak punya hati.

Setiap hari selalu berpikir keras untuk menulis yang menarik dan mendatangkan banyak pembaca. Judul - judul menarik dan heboh dipilih sebagai penarik. Hati selalu berharap tulisannya akan masuk HL atau TA tapi dikata - kata menulisnya lain. Ya itu 'menulis cuma untuk berbagi'.

Berbagi untuk siapa? Apa pernah peduli tulisan yang hendak dibagi itu ada yang suka? Tidak masalah, yang penting niatnya baik. Begitu selalu berargumen untuk selalu merasa benar sendiri.

Padahal yang sebenarnya begitu banyak waktu yang digunakan untuk menulis dan otak sepanjang hari bekerja keras untuk mencari ide dan celah demi mengejar nama serta pujian. Lagi - lagi mendapat pembelaan 'Bukankah itu hal yang wajar dan manusiawi?' Sejujurnya semua itu hanya untuk memuaskan nafsu keegoan. Mengejar nama atau popularitas.

Buktinya tidak segan - segan menulis hal yang berbau politik _topik yang hangat_ agar mendapat banyak pembaca walau harus menjelekkan pihak lain. Pejabat atau anggota dewan. Merasa diri yang paling benar saja. Egois, kan?

Sedikit postifnya godaan untuk menjadi populer membuat kita mau berusaha lebih keras dan selalu terpacu untuk terus menulis. Tetapi pada akhirnya akan menemukan titik jenuh. Kalau masih sadar.

Kembali Melihat Diri

Hiruk - pikuk dunia menulis di Kompasiana memang selalu menarik dan penuh kehebohan. Luar biasa, Yang datang dan pergi. Yang populer dan tenggelam silih berganti.  Bisa terus bertahan sekian tahun merupakan prestasi tersendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun