Pertama, milenial sebagai generasi yang melek teknologi setidaknya bisa diberdayakan dan difungsikan dalam pilkada era new normal tersebut.Â
Para generasi muda dapat mengedukasi masyarakat melalui tangan kreativitasnya di sosial media, seperti membuat narasi positif dan konten-konten kreatif yang berisi ajakan kepada pemilih untuk berpartisipasi dan tidak golput pada pilkada serentak Desember 2020 mendatang.Â
Dengan literasi yang dimilikinya, milenial sebisa mungkin bisa memanfaatkan media online Facebook, Twitter, dan Instagram sebagai sarana komunikasi yang efektif dalam menyosialisasikan dan mengkampanyekan pilkada serentak 2020 sehingga pemilih tidak apatis dan berkenan datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS).Â
Kedua, segmen pemilih milenial jumlahnya kurang lebih mencapai 42 juta yang ikut serta di Pemilu 2019. Jumlah tersebut sangat tinggi, maka dapat dikatakan gagal kontestasi elektoral di tingkat lokal ini apabila milenial tidak ikut terlibat dalam Pilkada era new normal ini.Â
Artinya, partisipasi milenial itu amat penting karena bisa menentukan suksesnya ritual lima tahunan tersebut.
Pilkada serentak 2020 adalah panggung gratis generasi milenial yang semestinya dimanfaatkan sebagai medium aktualisasi diri dalam mengartikulasikan ide-ide dan fikirannya, serta merespon isu-isu negatif terkait pelaksanaan suksesi kepemimpinan di tingkat lokal tersebut.Â
Milenial paling tidak dapat menghadirkan beragam solusi dan alternatif ide-ide briliant sehingga turut berkontribusi menyukseskan pilkada serentak di tengah suasana Pandemi Covid 19 ini.Â
Era digitalisasi demokrasi dan industri media adalah era enial untuk tampil ke gelanggang politik menjadi entitas penting yang tak terpisahkan.Â
Adalah tugas milenial menggerakan pemilih agar berpartisipasi, tidak golput dan tidak apatis dalam pilkada serentak era new normal ini.Â
Pilkada di tengah Pandemi corona meniscayakan ruang digital (media) sebagai sarana paling efektif berkomunikasi dengan publik melalui jejaring sosial media yang tersedia.Â
Bagi milenial, Pilkada era Pandemi bisa jadi peluang menuju proses pendewasaan diri sehingg bisa mengagregasi publik.Â