Mohon tunggu...
Kastrat IMS FTUI
Kastrat IMS FTUI Mohon Tunggu... Mahasiswa - #PRAKARSA

Pagi Sipil! Kastrat IMS FTUI kini hadir di Kompasiana untuk membagikan beberapa tulisan yang kami hasilkan

Selanjutnya

Tutup

Nature

Hari Penanggulangan Degradasi Lahan dan Kekeringan Sedunia: Lahan Kritis, Indonesia Miris?

5 Agustus 2021   00:49 Diperbarui: 5 Agustus 2021   00:53 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akibatnya, banjir terjadi di Jakarta dan bahkan menyebabkan pemanasan global yang efeknya sendiri dirasakan sampai di Eropa (WWF 2008, Arsyad 2010; Utomo 2012). Terdapat tiga aspek yang menjadi penyebab dari adanya degradasi lahan ini yaitu aspek fisik, kimia, dan biologi. Adapun degradasi secara fisik yakni ketidakseimbangan air, kerusakan struktur tanah, pergerakan, dan aerasi serta drainase yang terhalang. 

Lalu, untuk asidifikasi, ketidakseimbangan unsur hara dan keracunan, salinisasi, serta pencemaran merupakan penyebab degradasi lahan jika dilihat dari aspek kimiawi. Sedangkan, adanya penurunan keanekaragaman hayati dan vegetasi, penurunan karbon biomassa dan karbon organik tanah menjadi penyebab dari adanya degradasi lahan secara aspek biologis.

Selain aspek, degradasi lahan memiliki pendefinisian yang berbeda beda dalam berbagai sektor. Pada sektor pertanian, degradasi lahan adalah lahan pertanian khususnya pada lahan permukaan (top soil) yang berkurang produktivitasnya akibat kondisi lahan tersebut yang memburuk. 

Lahan pertanian yang sebelumnya pernah dimanfaatkan, namun berubah menjadi lahan yang tidak produktif atau terlantar akibat dianggap kurang sesuai untuk dijadikan lahan pertanian menjadi salah satu bentuk dari tanah terlantar. 

Hal inilah yang menjadi cikal bakal adanya lahan - lahan yang kritis yaitu areal - areal yang tidak produktif. Pada sektor kehutanan, degradasi lahan memiliki arti yakni lahan yang sebelumnya merupakan lahan hutan namun akibat aktivitas penebangan sehingga mengalami proses degradasi yang menyebabkan kandungan karbon meningkat dan biodiversitas mengalami penurunan sehingga tidak dapat digunakan oleh manusia sebagai lahan pertanian atau lahan produktif lainnya. 

Terakhir, sektor lingkungan hidup dan pertambangan, degradasi lahan didefinisikan sebagai lahan yang telah rusak sehingga fungsi dari lahan tersebut perlahan - lahan menghilang yang akan menyebabkan semakin berkurangnya daya dukung lahan bagi kehidupan dan menyebabkan adanya kontaminasi lahan akibat dari aktivitas manusia yang menimbulkan kerusakan lingkungan atau ekosistem seperti membuang sampah bahkan kegiatan pertambangan. 

Jika ditinjau dari berbagai macam ekosistem, degradasi lahan dapat terjadi baik di lahan sawah, lahan kering, lahan gambut, hutan, mangrove, dan padang penggembalaan. 

Lahan sawah sebenarnya termasuk kedalam ekosistem yang relatif dapat dikatakan stabil, namun akhir - akhir ini malah cenderung mengalami penurunan dari segi kualitas yang cukup signifikan. Hal ini biasanya disebabkan akibat penggunaan pupuk yang melebihi batas normal sehingga menyebabkan kerusakan fisik berupa tanah retak saat kemarau tiba. 

Selanjutnya, lahan kering mengalami degradasi lahan yang terus meningkat dari tahun ke tahun dan semakin meluas. Hal ini dikarenakan alih fungsi lahan yang dilakukan sembarang oleh manusia. 

Selain itu, penyebab degradasi lahan kering ini juga disebabkan oleh aktivitas erosi dan penggunaan senyawa pencemaran limbah industri yang kawasan industrinya sendiri berdekatan dengan areal lahan kritis tersebut. Tidak hanya ekosistem sawah yang merupakan ekosistem relatif stabil, namun ekosistem gambut juga demikian stabil. 

Akan jika terjadi gangguan baik secara alami maupun non-alami, gambut akan mudah untuk mengalami degradasi. Dibutuhkan kecermatan dalam memanfaatkan lahan gambut ini agar tidak rapuh terdegradasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun