Mohon tunggu...
KASTRAT BEM FEB UGM
KASTRAT BEM FEB UGM Mohon Tunggu... Penulis - Kabinet Harmoni Karya

Akun Resmi Departemen Kajian dan Riset Strategis BEM FEB UGM

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Nurhadi-Aldo: Eksistensi Kejenuhan dan Harapan "Fiktif" Indonesia dalam Pesta Demokrasi 2019

13 Februari 2019   14:39 Diperbarui: 13 Februari 2019   15:55 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Antusiasme terhadap munculnya Nurhadi-Aldo dianggap sebagai titik jenuh masyarakat terhadap situasi politik Indonesia saat ini. Terlepas dari konten yang sering mengarah pada hal yang kurang pantas, Nurhadi-Aldo berhasil mengalihkan isu politik. 

Kejenuhan masyarakat terhadap kondisi politik saat ini dapat disandingkan dengan the law of diminishing marginal utility yang dikemukakan oleh Alfred Marshall. Teori tersebut menjelaskan semakin banyak kita mengonsumsi suatu jenis komoditas, semakin kecil tambahan utilitas yang akan diperoleh, selama variabel di luar model dianggap konstan; meskipun, total utilitas meningkat (Marshall, 1891). 

Konsumen akan terus menambah konsumsinya hingga tambahan utilitas yang diperoleh akan sama dengan nol atau mencapai tingkat utilitas yang maksimum. Dalam hal ini, beberapa kalangan masyarakat telah mencapai tingkat utilitas yang maksimum atas drama perpolitikan di Indonesia. Artinya, masyarakat sudah jenuh dengan kondisi politik di Indonesia, terutama dalam menyongsong pemilu 2019.

 Melalui kreativitas dan kepekaan kalangan tertentu, paslon 'fiktif' nomor urut sepuluh, Nurhadi-Aldo, dapat diperkenalkan dan diterima berbagai kalangan yang merasa jenuh dengan politik. Kemunculan Nurhadi-Aldo berusaha mengkritik para elite politik dan memberi harapan baru dalam memperbaiki nuansa politik yang telanjur kaku serta saling serang. 

Namun, kita tidak dapat memungkiri di balik keberadaan Nurhadi-Aldo sebagai paslon 'fiktif', kita tidak dapat memilihnya sebagai paslon dalam pemilu 2019. Keberadaan Nurhadi-Aldo sebagai paslon 'fiktif' dianggap mampu meningkatkan tingkat keapatisan warna negara dalam menentukan pilihan pada 17 April 2019. 

Sebagai warga negara yang baik, kita harus memilih antara paslon nomor urut satu atau nomor urut dua. Mengenai Nurhadi-Aldo, kita hanya mampu menikmatinya sebagai guyonan dan kritik terhadap elite politik yang dapat mewarnai proses terselenggarakannya pemilu 2019. Jadi, jangan golput, ya!

(Oleh: Jonathan Farez S./KASTRATBEMFEBUGM)

References :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun