Salah satu band punk feminis afiliasi Riot Grrrl yaitu Bikini Kill memberikan keterlibatan kritisnya langsung dengan media arus utama dan representasi dominan dari tubuh gender, yang dianggap merendahkan dan mengobjektifikasi.Â
Selain itu, gerakan Riot Grrrl juga membuka berbagai bentuk perlawanan lewat word performance, proyek seni, film pendek, dan berbagai konferensi perempuan.
Menggunakan prinsip "do it yourself" dari skena punk, punk feminis merekonstruksi ulang peran gender dan perspektif gender banyak kelompok masyarakat. Punk feminis juga aktif memberikan dukungan personal dan self-esteem bagi perempuan yang mendengarkan karya musik mereka.Â
Kutipan "personal is political" juga telah membawa feminisme gelombang ketiga terus berkembang membawa narasi-narasi anti misoginis. Isu yang berkembang dalam ranah gender semakin lama semakin meluas dan mencakup seluruh perempuan secara global.Â
Riot Grrrl mulai menghilang sejak tahun 1996, namun hal tersebut bukanlah karena gagalnya narasi yang dibawa, melainkan narasi tersebut telah mencapai keberhasilannya.Â
Tanpa Riot Grrrl dan manifestonya dalam menghapuskan pandangan toksik mengenai maskulinitas dalam skena musik punk, feminisme mungkin akan sulit untuk berkembang lebih dari sektor politik dan rasial.Â
Feminisme mungkin akan kesulitan menemukan celah peluang untuk selalu mendukung gerakan perempuan. lebih buruknya lagi, feminisme mungkin akan mati sejak narasi feminisme gelombang kedua telah mencapai titik puncaknya.
Oleh: Syarifa Amira Satrioputri | Geosains 2019 | Staf Departemen Kajian Strategis BEM UI 2020
ReferensiÂ
Barner, Katherine. (2015). The Role of Women in Punk. Honors Theses. Union College - Schenectady, NY.
Dunn, Kevin C. (2014). Pussy Rioting, International Feminist Journal of Politics, 16:2, 317-334, DOI: 10.1080/14616742.2014.919103