Padahal feminisme gelombang ketiga memiliki tujuan yang lebih mendasar dalam perspektif gender, yaitu untuk memberantas budaya patriarki dan berbagai peran gender. Selain itu, gerakan ini juga menyadari dan mendukung bahwa perempuan memiliki gender dan seksualitas yang berbeda-beda.Â
Beberapa contoh isu yang dibawakan feminisme gelombang ketiga yaitu perlawanan terhadap objektifikasi perempuan sebagai pemuas kebutuhan seks, konstruksi sosial bagaimana bentuk badan yang menarik (body image), gender perempuan yang sering dikaitkan dengan pekerjaan rumah tangga, kekerasan seksual, dan juga peran perempuan sebagai "second sex" (Barner, 2015).Â
Munculnya Partisipasi Perempuan dalam Skena Musik Punk
Seiring dengan berkembangnya skena musik punk dan juga semakin membludaknya peminat, punk menjadi suatu subkultur yang terus mengalami dinamika dan perkembangan.Â
Begitu juga dengan perannya sebagai lambang pembangkangan terhadap status quo dan kapitalisme. Namun, stigma negatif terhadap punk seperti punk merupakan subkultur orang miskin pemalas Inggris dan juga punk kebanyakan diisi oleh laki-laki kulit putih yang tidak berpengaruh masih tetap berakar di beberapa kelompok masyarakat.
Di awal tahun 1990-an bersamaan dengan tumbuhnya feminisme gelombang ketiga, terbentuklah gerakan revolusioner yang mengangkat narasi-narasi feminis gelombang ketiga bernama Riot Grrrl.Â
Gerakan ini merupakan manifesto politik yang diinisiasi oleh perempuan-perempuan dalam sektor industri kreatif untuk membuat pergerakan melawan maskulinitas dan patriarki. Gerakan ini terbentuk berkaitan dengan kasus penembakan orang Salvador oleh polisi di Washington D.C. yang memicu berbagai kerusuhan.
Riot Grrrl berisi sekelompok aktivis perempuan yang membawa kembali narasi feminis yang dianggap sudah tidak relevan. Selain itu Riot Grrrl juga mendukung perempuan untuk membuat wacana politik berbasis kesetaraan gender lewat berbagai karya dan inovasi kreatif.Â
Beberapa karya yang dibuat antara lain adalah zine dan musik-musik dalam cakupan skena musik punk. Beberapa tokoh inisiator gerakan Riot Grrrl adalah zine creator Tobi Vail, Allison Wolve, Molly Neuman, dan member band Bikini Kill yaitu Kathleen Hana.
Gerakan masif Riot Grrrl memunculkan band-band punk yang vokal dalam membawa isu patriarki dan feminisme gelombang ketiga. Beberapa band punk tersebut yaitu Bikini Kill, Bratmobile, Super Heroine, Heavens to Betsy, L7 dan band-band lainnya.Â
Bikini Kill dan musisi punk feminis lainnya juga membawa gerakan avant-garde punk dan kental kaitannya dengan postmodernisme. Hal ini dikarenakan postmodernisme merupakan dasar pemikiran dari feminisme gelombang ketiga, begitu juga dengan pendekatan multikultural.Â