Sesuai dengan kacaunya gaya bermusik musisinya, punk juga muncul dengan membawa pesan-pesan yang cukup kontroversial dan radikal menyangkut politik.Â
Kemunculan punk sering dikaitkan dengan perlawanan subversif terhadap arus budaya maupun sosial politik. Sebut saja lirik dari lagu populer Sex Pistols yang berjudul Anarchy in the UK menyebutkan "I am an anti-Christ, I am an anarchist".Â
Dari kutipan lirik tersebut, Sex Pistols ingin menunjukkan bahwa mereka merupakan pribadi bebas dan otentik yang tidak terikat dengan tuntutan masyarakat. Eksistensi punk akan menjadi lambang dari pembangkangan dan otentisitas suatu individu (NME, 2017).
Feminisme Gelombang Ketiga
Bersamaan dengan kemunculan punk sebagai ideologi, feminisme sedang berjalan memasuki fase gelombang ketiga. Sebelumnya, secara garis besar feminisme gelombang pertama dan kedua muncul untuk membela hak-hak perempuan dalam politik dan akademik untuk tercapai kesetaraan gender. Feminisme pada gelombang tersebut lebih berfokus pada hal hal politis, seperti menyuarakan hak dalam pemilihan umum dan melawan rasisme juga perbudakan (Weiner, 2004).
Kemudian muncul gerakan feminisme gelombang ketiga sebagai bentuk kesadaran atas tantangan-tantangan baru yang akan dihadapi gerakan feminis sebelumnya.Â
Gerakan ini mulai berkembang pada tahun 90-an sampai sekitar tahun 2010-an yang mulai memasuki feminisme gelombang transisi menuju empat.Â
Berbeda dengan gelombang kedua yang menekankan hak perempuan hanya di perspektif masyarakat barat, Feminisme gelombang ketiga memiliki ranah yang lebih global dan multikultural (Yu, 2009). Dengan begitu, banyak narasi feminisme pada gelombang ini yang dilatarbelakangi oleh pemikiran postmodern.
Postmodernisme merupakan suatu pemikiran yang membawa perubahan dari modernisme, dimana terdapat perubahan intelektual ekspresif dalam berbagai konteks, seperti filsafat, seni, politik, sains, dan sosial (Wijayati, 2019). Maka dari itu, postmodernisme dapat diartikan sebagai refleksi kritis dalam paradigma modern dan metafisika.Â
Berangkat dari hal tersebut, Feminisme gelombang tiga membawa narasi gender yang berlandaskan "personal is political" (Weiner, 2004). Hal ini dikarenakan dalam pemikiran postmodern, kebenaran dan teori juga harus dipertanyakan objektivitasnya, sehingga hal-hal yang menurut Sebagian orang adalah hal personal dapat dibawa ke dalam isu politik.Â
Isu yang dibawakan oleh feminisme gelombang ketiga adalah isu-isu yang berkaitan dengan hal-hal yang menurut banyak orang tidak lagi relevan karena membawa isu personal ke ranah politik.Â