Mohon tunggu...
KASTRAT BEM FISIP UPNVJ
KASTRAT BEM FISIP UPNVJ Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ditjen Kajian Aksi Strategis BEM FISIP Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta

Akun Kompasiana Direktorat Jenderal Kajian Aksi Strategis Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN Veteran Jakarta. Kabinet Astana Bimantara

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kebijakan dan Keadilan untuk Semua Mahasiswa

28 Februari 2023   22:35 Diperbarui: 28 Februari 2023   22:33 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ardian adalah anggota BEM yang membidangi posisi strategis yaitu Sosial-Politik . Dia kerap bersuara dengan lantang terkait kebijakan kontroversial kampus, salah satunya kebijakan perempuan yang dibatasi hak untuk bersuara. Kini dia sudah dibungkam dan tak bisa bersuara lantang, karena beberapa pejabat kampus kerap kali mengelabui untuk bersikap ekspresif. Dari itulah, aku merasa prihatin atas tindakannya selama ini yang dihancurkan di dalam oleh orang-orang yang tak beradab seperti petinggi yang menjijikan itu.

"Mungkin, gue juga keluar dari BEM, ka-." Aku langsung menahannya untuk tidak berbicara lebih jauh.

"Gaboleh ada kata keluar. Diri lu itu udah merepresentasikan keadaan di luar sana yang skeptis terhadap dunia tipu-tipu semacam ini." Aku bingung mengatakan kepadanya, bahwa aku memang seseorang yang tak dapat melakukan apapun untuk dia.

Aku teringat dengan semua ucapan yang diperkatakan oleh Ardian. Dia membantuku untuk bangkit dari keterpurukan, usai masalah mental yang menerpaku di tengah semester awal menjadi mahasiswa, dorongan-dorongan yang diciptakan untuk menenangkan diriku itu seolah menjadi batu loncatan di posisi sekarang ini. Aku kini dapat melihat matanya sayu dan wajahnya berlinang air mata yang keluar dari segala arah membasahi pipi.

Keyakinanku mulai bergejolak untuk memikirkan balas budi atas hal-hal baik yang dilakukan dia. "Coy, coba dong bersuara lagi. Gue kangen sama semangat lu yang dulu, mana nih Ardian yang selalu lantang jadi tukang kritik kebijakan kampus? Mana juga semangat Ardian yang pas ospek dan jadi penanggung jawab demonstrasi angkatan itu? Tunjukkin dong." 

Dia masih terdiam dan mulai menghapus air matanya, usai diperlihatkan wajahnya menghadapku, rasa malu itu menggelayuti dia untuk tak segera mengusaikan perlawanan atas nama keadilan.

Ditatap mukaku dalam-dalam. "Lu bercanda kah?" tukasnya dengan lirih.

Dia menahan tangisnya dengan menatapku bersama dengan matanya yang mulai memerah. Aku tak kuasa untuk melihatnya rapuh walau sebentar. Napas berat dan sesaknya mulai muncul bersamaan dengan penolakan yang ia terima. Ternyata, apa yang ia sebut diplomasi, kini hanyalah sia-sia dan tak ampuh untuk  memberikan jawaban atas pertanyaan semacam ini.

"Gue gak bercanda. Selesain dulu tangisan lu. Jangan lupa, kita hidup di mana gender bukan pembatas untuk menentukan seorang layak menangis atau tidak."

Dia mendengus dan menghela napas secara bersamaan, air matanya benar-benar meluap seperti air di kutub utara yang mencair. Aku memerhatikan dia menangis dengan penuh tatapan kosong---tahu bahwa memang sebenarnya ini pertama kali dia selemah ini dan ketakutan yang tampak dari wajahnya yang terus menjerit-jerit akan keadilan. Mungkin, kalau aku terlahir dari seorang yang kaya, aku mau sekali membantunya sampai lulus kuliah,

"Nangis yang dalam, luapkan perasaanmu. Usai menangis, mari bangkit lagi. Buang rasa takut untuk menghalau rasa sakitmu yang mungkin tak seberapa. Perjuangan dan perlawanan ini adalah sebuah kesatuan hati yang dibuat untuk menegakkan integritas kita sebagai manusia yang idealis, walau kenyataanya dunia mengharapkan realis. Tapi, tak apa berharaplah, sampai kamu menemukan titik ternyamanmu untuk hidup."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun