Mohon tunggu...
Kasmiyati
Kasmiyati Mohon Tunggu... Guru - Hamba Allah

Ketika sudah memilih itu bukan sebuah kebetulan. Yakinlah semua karena kehendakNya. Mantapkan hati, tambahkan rasa syukur kepadaNya dan tetap kobarkan semangat untuk mearih ridloNya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengaruh Kompetensi Sosial, Iklim Kerja, Motivasi Berprestasi terhadap Kinerja Guru SLB Se-Kota Yogyakarta Tahun 2022

1 April 2023   01:00 Diperbarui: 1 April 2023   00:57 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

         Tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 dapat tercapai secara optimal, efektif, dan efisien apabila terpenuhi Standar Pendidik dan Kependidikan yaitu bahwa pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional (Pasal 8 ayat 1). Selanjutnya dalan Bab VI pasal 28 ayat 3 dijelaskan bahwa Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi professional, dan kompetensi sosial.

Keberhasilan pendidikan sangat ditentukan oleh kemampuan guru dalam mempersiapkan peserta didiknya melalui kegiatan belajar mengajar. Namun demikian posisi strategis guru untuk meningkatkan mutu hasil pendidikan sangat dipengaruhi oleh kemampuan profesional guru dan mutu kinerjanya. Guru adalah seorang pendidik. Sebagai tenaga profesional maka seorang guru harus memiliki kompetensi sesuai Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Pada Permendiknas tersebut disebutkan bahwa ada empat kompetensi yang harus dimiliki oleh guru meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Keempat kompetansi yang dimiliki oleh seorang guru atau pendidik harus seimbang antara satu dengan yang lainnya. Guru yang telah memenuhi keempat kompetensi sebagai salah satu kriteria guru profesional akan berdampak terhadap kinerja guru yang bersangkutan dan dapat dilihat kualitasnya. Kinerja guru selain dipengaruhi oleh kompetensi yang dimiliki, dipengaruhi pula oleh iklim kerja  atau situasi lingkungan dimana guru bertugas dan motivasi untuk berprestasi yang datang dari dalam diri guru yang bersangkutan.

Iklim kerja adalah suasana yang terjadi didalam suatu organisasi dalam hal ini adalah sekolah (Ratmini dkk, 2019).  Iklim kerja adalah suasana yang kondusif yang digambarkan  sebagai suatu  kondisi dimana keadaan sekolah dan lingkungannya dalam keadaan yang sangat aman, damai, menyenangkan untuk bekerja. Iklim Kerja merupakan seperangkat lingkungan organisasi yang diperoleh menurut persepsi pekerja-pekerjanya secara kolektif. Iklim kerja menurutnya mempunyai peranan penting terhadap peningkatan kualitas kerja serta prestasi kerja. Menurut Miller (1997) mengatakan bahwa iklim kerja adalah nilai semangat yang mendasar dalam cara mengelola hubungan dan mengorganisasikannya. Nilai-nilai itu berbentuk prinsip dan keyakinan yang bisa tersurat, namun juga ada yang hanya tersirat. Nilai-nilai ini akan mempengaruhi individu dalam melakukan tugas-tugas dalam organisasi.

Sedangkan motivasi adalah dorongan timbul dari dalam diri seseorang yang bersangkutan sebagai hasil integrasi keseluruhan dari kebutuhan pribadi, pengaruh lingkungan fisik dan pengaruh lingkungan sosial dimana kekuatannya tergantung dalam proses pengintegrasian tersebut (Wahrudin, 2020). Iklim Kerja merupakan seperangkat lingkungan organisasi yang diperoleh menurut persepsi pekerja-pekerjanya secara kolektif.. Motivasi menjadi faktor penting dalam meningkatkan sebuah kinerja, karena dengan adanya motivasi yang tinggi, seseorang dapat memiliki gairah, antusias, semangat dan etos kerja yang tinggi sehingga dapat meningkatkan kinerjanya. Hal ini senada dengan pernyataan ahli bahwa Faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja  adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation).

Guru adalah salah satu komponen yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan pendidikan, selain komponen peserta didik, pengelolaan dan pembiayaan. Guru merupakan komponen yang menentukan keberhasilan pendidikan. Guru merupakan ujung tombak yang berhadapan langsung dengan subjek pendidikan yaitu peserta didik (Ishak, 2019). Guru memiliki peran besar terhadap perkembangan peserta didik dalam mewujudkan cita-cita hidupnya. Hal ini didasarkan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan bantuan orang lain. Orangtua ketika mendaftarkan anaknya sekolah maka akan berharap bahwa guru di sekolah tersebut untuk mewujudkan harapan dan cita-citanya terhadap perkembangan dan keberhasilan anaknya. Bagaimanapun idealnya kurikulum yang digunakan oleh lembaga pendidikan, sarana dan prasarana lengkap dan memadai,  tanpa disertai dengan kompetensi guru yang ada maka tidak tidak ada artinya.

Menurut Gule (2021) kompetensi sosial sangatlah penting dimiliki oleh seorang guru karena guru itu sendiri juga merupakan bagian dari masyarakat (sosial). Masyarakat adalah konsumen pendidikan, sehingga guru sebagai bagian dari praktisi pendidikan harus mampu berkomunikasi secara efektif dan baik kepada masyarakat. Jika kemampuan itu tidak dilakukan oleh guru maka ada kecenderungan masyarakat akan meninggalkan dan tidak memperhatikannya, mengingat lembaga pendidikan dan guru adalah tempat untuk mempersiapkan peserta didik sebagai anggota dari masyarakat yang baik dan dapat mengahadapi permasalahan yang akan datang. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati & Nartani  (2018) bahwa kompetensi sosial guru sangat dipengaruhi oleh iklim kerja dimana guru bertugas. Selain itu motivasi beberapa hal antara lain : siapa yang diajak berkomunikasi, situasi atau kondisi saat berkomunikasi, perilaku yang ditampilkan ketika berkomunikasi, dan tujuan yang akan dicapai dari komunikasi yang dilakukan.

Berdasarkan  pada uraian sebelumnya maka  kinerja seorang guru akan dipengaruhi oleh  beberapa faktor, penulis menyimpulkan bahwa faktor yang memperngaruhi kinerja guru antara lain adalah kompetensi sosial, iklim kerja, dan motivasi berprestasi. Penulis berpendapat seorang guru yang memiliki kompetnesi sosial yang tinggi akan mampu memberikan sumbangan yang positif terhadap iklim kerja dimana guru itu bertugas. Terciptanya iklim kerja yang kondusif dan menyenangkan akan memberikan kekuatan kepada guru untuk menumbuhkan dalam dirinya berupa motivasi dalam bekerja. Selanjutnya dengan motivasi kerja yang tinggi maka seorang guru akan tumbuh pula dalam dirinya untuk berprestasi.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Srjana Wiyata Tamansiswa menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan kompetensi sosial, iklim kerja dan motivasi berprestasi terhadap kinerja guru SLB se-kota Yogyakarta sebesar 59,7%. Kinerja guru sangat tergantung pada kompetensi sosial, iklim kerja dan motivasi berprestasi. Apabila kompetensi sosial, iklim kerja dan motivasi berprestasi semakin tinggi maka kinerja guru berpeluang menjadi optimal. Namun apabila kompetensi social, iklim kerja, dan motivasi berprestasi kurang maka kinerja guru kemungkinan besar menjadi kurang optimal.

Menurut Slamet (dalam Sagala, 2009) bahwa kompetensi sosial guru adalah kemampuan dan kecakapan seorang guru dalam berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif pada pelaksanaan proses pembelajaran serta masyarakat sekitar. Kompetensi sosial mengharuskan guru memiliki kemampuan komunikasi sosial baik dengan peserta didik, sesama guru, kepala sekolah, pegawai tata usaha, bahkan dengan anggota masyarakat. Iklim kerja merupakan gambaran terhadap kualitas, suasana dan karakter yang tampak pada norma dan nilai, hubungan interpersonal, suasana belajar-mengajar, struktur organisasi, ikatan positif dengan lembaga dan lingkungan fisik yang terdapat di lembaga tempat pegai bertugas.

Guru adalah pemimpin pembelajaran di dalam kelas. Guru juga sebagai pemimpin teman sejawatnya atau seprofesinya, dan pemimpin bagi dirinya sendiri. Sebagai seorang pemimpin maka guru  harus membuat perencanaan program, mengorganisasikan, melaksanakan,  dan melakukan evaluasi serta tindak lanjut terhadap hasil yang diperoleh.

Kinerja guru berkaitan dengan proses belajar mengajar, yaitu kesanggupan atau kecakapan guru dalam menciptakan suasana komunikasi yang edukatif antara guru dan peserta didik yang mencangkup pengembangan aspek kognitif, afektik, dan psikomotor  guru bekerja dimulai dengan perencanaan sampai dengan tahap evaluasi dan tidak lanjut agar mencapai tujuan pembelajaran.

Hasil penelitian ini pada variabel pengalaman mengajar, keterampilan mengajar dan motivasi berprestasi terhadap kinerja guru SLB se-kota Yogyakarta berpengaruh positif dan signifikan artinya hipotesis diterima. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hasan (2015) menyatakan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan antara kompetensi sosial guru, iklim kerja dan motivasi berprestasi terhadap kinerja guru SMA di kecamatan Nanggalo Padang. Persamaan variabel penelitian tetapi memiliki perbedaan lokasi penelitian dan jenjang pendidikan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan kompetensi sosial terhadap kinerja guru SLB se-kota Yogyakarta sebesar 19,4%. Apabila semakin tinggi kompetensi sosial maka kinerja guru berpeluang menjadi tinggi. Namun apabila kompetensi sosial kurang baik maka kinerja guru kemungkinan besar menjadi kurang baik.  Kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar (Mulyasa, 2007). Menurut Slamet dalam (Sagala, 2009) bahwa kompetensi sosial guru adalah kemampuan dan kecakapan seorang guru dalam berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif pada pelaksanaan proses pembelajaran serta masyarakat sekitar.

Guru haruslah mengenal nilai-nilai yang dianut dan berkembang di masyarakat tempat melaksanakan tugas dan bertempat tinggal. Apabila ada nilai yang bertentangan dengan nilai yang dianutnya, maka haruslah ia menyikapinya dengan hal yang tepat sehingga tidak terjadi benturan nilai antara guru dengan masyarakat. Apabila terjadi benturan antara keduanya maka akan berakibat pada terganggunya proses pendidikan. Seorang guru haruslah memiliki kompetensi sosial agar nantinya apabila terjadi perbedaan nilai dengan masyarakat, dapat menyelesaikannya dengan baik sehingga tidak menghambat proses pendidikan.

Hasil penelitian ini pada variabel kompetensi sosial terhadap kinerja guru SLB se-kota Yogyakarta berpengaruh positif dan signifikan artinya hipotesis pertama diterima. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh oleh Pristiwaluyo & Hakim (2018) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh kompetensi sosial  terhadap kinerja guru lebih tinggi dari pada kompetensi kepribadian guru. Ada persamaan variabel yang diteliti yaitu kompetensi sosial guru.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan keterampilan mengajar terhadap kinerja guru SLB se-kota Yogyakarta sebesar 19,8%. Apabila iklim kerja semakin tinggi maka kinerja guru berpeluang menjadi tinggi. Apabila iklim kerja menurun maka kinerja guru kemungkinan besar menjadi menurun pula. Iklim kerja adalah sesuatu yang menjadi karakter, ciri khas atau nilai-nilai utama yang melekat dalam interaksi antar individu dan bagian dalam organisasi. dapat dikatakan bahwa iklim organisasi dimaksudkan untuk memberikan lingkungan pengasuhan yang mengakui bahwa pegawai diperlakukan sebagai individu. Dengan demikian, iklim kerja merupakan alat untuk memecahkan masalah (solusi) yang secara konsisten dapat berjalan dengan baik bagi suatu kelompok atau lembaga tertentu dalam menghadapi persoalan eksternal dan internalnya. Hal ini dapat ditularkan atau diajarkan kepada para indivivu untuk berpendapat, dan merasakan dalam hubungannya dengan persoalan tersebut.

Iklim kerja ini dapat diukur melalui dimensi safety (rasa aman), teaching and learning (kegiatan belajar mengajar), interpersonal relationships (hubungan dengan orang lain), dan institutional environment (lingkungan kerja). Iklim kerja yang kondusif mendorong setiap personil yang terlibat dalam organisasi untuk bertindak dan melakukan yang terbaik yang mengarah pada prestasi kinerja yang tinggi. Indikator iklim kerja meliputi kerjasama dengan teman, sarana dan prasarana, kondisi lingkungan, pembagian tugas dan kesejahteraan.

Hasil penelitian ini pada variabel iklim kerja terhadap kinerja guru SLB se-kota Yogyakarta berpengaruh positif dan signifikan artinya hipotesis kedua diterima. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hamsah (2019) menunjukkan bahwa  iklim kerja yang tercipta dengan kondusif dapat menjadi faktor pendukung sehingga memberi pengaruh terhadap peningkatan kinerja guru. Ada persamaan variabel yang diteliti yakni iklim kerja tetapi berbeda lokasi dan jenjang pendidikan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan motivasi berprestasi terhadap kinerja guru SLB se-kota Yogyakarta dengan sumbangan efektif sebesar 20,5%. Apabila motivasi berprestasi semakin tinggi maka kinerja guru berpeluang menjadi tinggi. Begitu pula sebaliknya motivasi berprestasi semakin kurang maka kinerja kerja guru berpeluang menjadi semakin kurang optimal. Motivasi berprestasi merupakan suatu karakteristik kepribadian yang penting dalam lingkungan organisasi, yang ditandai dengan adanya dorongan pada individu untuk mengungguli orang lain, berprestasi sesuai dengan seperangkat standar yang berlaku dan berjuang untuk sukses. Tumbuhnya motivasi pada seseorang itu tidak semata-mata muncul dari dalam diri seseorang, akan tetapi dapat dirangsang oleh faktor-faktor yang datang dari luar. Motivasi merupakan komoditi yang sangat diperlukan oleh semua orang termasuk guru. Motivasi berprestasi bisa terjadi jika guru mempunyai kebanggaan akan keberhasilan.

Motivasi berprestasi dalam dunia pendidikan merupakan kombinasi dari tiga faktor yaitu : (a) faktor keberhasilan pendidikan; (b) keberhasilan dalam melaksanakan tugas; dan (c) pengalaman sukses/gagal dalam pelaksanaan tugas (Falahy, 2005). Motivasi berprestasi mendorong guru dalam melaksanakan tugasnya secara optimal yang timbul dari dalam dirinya (motivasi instrinsik). Sehubungan dengan hal itu, Sumadi Suryabrata (2006:9) membedakan motivasi instrinsik yaitu motivasi yang timbul dari dalam diri orang yang bersangkutan tanpa rangsangan maupun bantuan orang lain, sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul oleh rangsangan dari luar diri seseorang, dan biasanya oleh orang lain.

Kedua jenis motivasi yaitu motivasi instrinsik umumnya lebih efektif dalam mendorong seseorang untuk belajar dari pada motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik mempunyai sifat yang lebih penting, sehingga perlu ditumbuhkan agar timbul keinginan untuk belajar pada diri siswa tidak dikarenakan oleh hal-hal lain seperti takut dimarahi guru atau orang tua, takut dihukum, malu pada teman dan sebagainya.

Hasil penelitian ini pada variabel motivasi berprestasi terhadap kinerja guru SLB se-kota Yogyakarta berpengaruh positif dan signifikan artinya hipotesis ketiga diterima. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hidayat dkk (2018) menunjukkan bahwa motivasi berprestasi mempengaruhi kinerja guru sebesar 43,69%. Semakin tinggi motivasi berprestasi dari guru makan akan berpengaruh terhadap peningkatan kinerja yang ditampilkan. Penelitian ini memiliki variabel terikat yang sama yaitu kinerja guru. Penelitian yang dilakukan oleh Nugraha, dkk (2013) menujukkan bahwa motivasi dan kompetensi guru secara positif dan signifikan berpengaruh bersamaan terhadap kinerja guru. Penenlitian ini memiliki variabel yang sama yaitu motivasi berprestasi dan kinerja guru.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut (1) terdapat pengaruh yang positif  dan signifikan antara kompetensi sosial, iklim kerja, dan motivasi berprestasi terhadap kinerja guru SLB se-kota Yogyakarta dengan sumbangan efektif sebesar 59,7. (2) Terdapat pengaruh yang positif  dan signifikan antara kompetensi sosial terhadap kinerja guru SLB se-kota Yogyakarta, dengan sumbangan efektif sebesar 19,4% termasuk sumbangannya sedang. (3) Terdapat pengaruh yang positif  dan signifikan antara iklim kerja terhadap kinerja guru SLB se-kota Yogyakarta Tahun 2022, dengan sumbangan efektif sebesar 19,8% termasuk sumbangannya kecil. (4) Terdapat pengaruh yang positif  dan signifikan antara motivasi berprestasi terhadap kinerja guru SLB se-kota Yogyakarta, dengan sumbangan efektif sebesar 20,5% termasuk sumbangannya sedang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun