Mohon tunggu...
Kaseri
Kaseri Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Negeri 1 Jombang

Saya adalah seorang yang ingin selalu berubah dan berkembang lebih baik. Di setiap kesempatan, saya selalu berupaya mengambil peran maksimal. Pengalaman Terindah, saat terpilih dan menjadi duta di ajang "Indonesian Youth Leadership Programme" di Washingthon DC, United State of America (USA)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antar Materi Modul 1.4

9 Februari 2023   15:00 Diperbarui: 9 Februari 2023   15:12 1024
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ada 5 posisi kontrol guru yang dipelajari yaitu pemberi hukuman, pembuat rasa bersalah, teman, pemantau dan manajer. Untuk menerapkan disiplin positif, guru perlu menerapkan peran manajer. Peran manajer mengingatkan murid pada keyakinan kelas yang telah disepakati bersama. Proses pembentukan keyakinan kelas dilakukan oleh murid dibimbing oleh guru. Keyakinan kelas dapat ditempelkan di ruang kelas sebagai pengingat bersama. Saat saya merefleksikan diri saya sendiri, sejauh ini saya masih cenderung pada level teman atau pemantau. Saya perlu berlatih dan berusaha untuk belajar menerapkan peran manajer.

Masalah yang terjadi pada murid, dapat disebabkan karena tidak terpenuhinya kebutuhan dasarnya. Kebutuhan dasar manusia yaitu: yaitu kebutuhan untuk bertahan hidup (survival), kasih sayang dan rasa diterima (love and belonging), kebebasan (freedom), kesenangan (fun), dan penguasaan (power). Dengan memahami kebutuhan dasar yang dibutuhkan murid ketika masalah terjadi, penanganan terhadap suatu kasus akan menjadi lebih maksimal dan bermakna. Dalam penanganan murid, guru sebaiknya menghindari tindakan hukuman atau konsekuensi. Guru dapat mengambil langkah restitusi.

Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004). Restitusi bukan untuk menebus kesalahan, namun untuk belajar dari kesalahan. Restitusi memperbaiki hubungan. Restitusi adalah tawaran, bukan paksaan. Restitusi 'menuntun' untuk melihat ke dalam diri. Restitusi mencari kebutuhan dasar yang mendasari tindakan. Restitusi diri adalah cara yang paling baik. Restitusi fokus pada karakter bukan tindakan. Restitusi menguatkan. Restitusi fokus pada solusi. Restitusi mengembalikan murid yang berbuat salah pada kelompoknya. Restitusi diterapkan melalui 3 langkah segitiga restitusi yaitu: menstabilkan identitas, validasi tindakan yang salah, dan menanyakan keyakinan

Perubahan

Setelah mempelajari modul ini saya belajar untuk memunculkan motivasi intrinsik murid ketika saya mengajar di kelas. Dulu saya sering memberikan penghargaan berupa poin keaktifan ketika meminta murid menjawab soal. Kali ini saya mencoba memberi pengertian hal yang didapat murid ketika mau menjawab pertanyaan saya, sehingga motivasi mereka menjawab bukan lagi poin, namun dikarenakan murid yang mendapatkan pengalaman belajar dan percaya diri. Perubahan berikutnya adalah dalam penanganan masalah murid. Saya belajar untuk membimbing murid menemukan solusi atas permasalahan mereka sendiri.

Pengalaman, Perasaan, dan Hal Yang Perlu Diperbaiki

Pengalaman yang saya alami yaitu ketika menerapkan proses segitiga restitusi. Narasi yang saya tuliskan dalam tugas video praktik segitiga restitusi tersebut, memang benar-benar masalah yang terjadi dan saya tangani. Ketika melakukan hal tersebut, ada rasa senang yang saya rasakan, karena dapat membimbing murid untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Jika semua murid dapat belajar untuk menyelesaikan masalahnya sendiri, maka dia sedang belajar untuk bertanggungjawab terhadap hidupnya. Saya perlu belajar untuk lebih luwes dalam menerapkan posisi sebagai manajer.

Pengalaman lain yang saya alami adalah saat saya tidak lagi memberikan penghargaan berupa poin keaktifan, murid cenderung tidak banyak bertanya. Saya menyadari bahwa cara yang saya lakukan dalam memberikan penghargaan tersebut kurang tepat, karena motivasi yang muncul adalah motivasi eksternal. Saat awal saya mencoba memberi pemahaman dengan memunculkan motivasi intrinsik, ada sebagian murid yang mulai menjawab pertanyaan yang saya sampaikan. Saya berharap mereka dapat terus memiliki motivasi intrinsik untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat.

Sebelum dan sesudah (posisi kontrol dan segitiga restitusi)

Sebelum mempelajari modul ini saya cenderung dalam posisi kontrol teman. Perasaan saya saat itu adalah ingin menjadi teman bagi murid dan menerapkan kasih kepadanya. Saya berpikir dengan menjadi teman, saya dapat lebih memahami mereka. Namun, hal itu justru tidak tepat. Posisi teman akan membuat murid memiliki ketergantungan kepada saya dan tidak mandiri. Setelah belajar modul ini, saya mempraktikkan untuk menjadi manajer. Saya lebih sering meminta murid memikirkan cara untuk menyelesaikan permasalahannya.

Sebelum mempelajari modul ini, secara tidak langsung sebenarnya saya sudah menerapkannya yaitu pada tahap menstabilkan emosi dan validasi masalah. Hanya saja pada tahap akhir, saya cenderung pemberi solusi. Ketika ada masalah yang terjadi saya biasanya memanggil murid tersebut secara pribadi untuk saya ajak bicara dan menggali masalah yang dia alami. Setelah belajar modul ini saya berusaha menerapkan langkah terakhir yaitu menanyakan keyakinan kelas dan memunculkan motivasi intrinsik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun