Sebelum memasuki ruangan Habibie, Prabowo mengatakan dia menyerahkan pistolnya. "Karena begitu prosedurnya. Kalau Anda menghadap atasan, Anda harus meninggalkan senjata. Saya tidak dilucuti."
"Dalam benak saya (Habibie) waktu itu masih memercayai saya, tetapi dia telah dihasut."
Kemudian dia berjalan ke ruangan presiden. "Dia mencium kedua pipi saya," kata Prabowo. "Saya berkata: Pak, tahukah Bapak bahwa saya akan digantikan hari ini? 'Ya, ya, ya,' katanya. 'Mertuamu memintaku untuk menggesermu. Itulah yang terbaik. Jika kamu ingin mundur dari kemiliteran, saya akan menjadikanmu duta besar di Amerika Serikat'. Itulah yang dia katakan."
Prabowo mengatakan jika dia sangat terkejut. "Oh Tuhan, ada apa ini?" dia coba mengingat. "Dalam benak saya (Habibie) waktu itu masih me-mercayai saya, tetapi dia telah dihasut. Kemudian, saya menemui Subagyo. Ketika masuk, saya bertemu beberapa jenderal yang mendukung saya. Pesan mereka adalah: mari buat perlawanan. Saya berkata: tenang saja. Saya ketemu Muchdi di sana. Kami mengatakan: kami akan menyingkir, tetapi beri kami waktu, sehingga orang berpikir normal saja ada pergantian posisi. Saya pikir Subagyo beralih ke Wiranto. Wiranto berkata: tidak, harus hari ini.
DALANG
Bahkan, setelah digeser dari jabatannya, dibuang oleh sekutunya, dan dijatuhkan oleh saingannya, hal terburuk masih menanti Prabowo. Bulan berikutnya, para perwira yang dianggap dekat dengannya dimutasikan atau dinonaktifkan. Pada 25 Juni, Wiranto menggeser Syafrie dari jabatan Pangdam Jaya, sebuah permulaan dari perombakan besar-besaran di tubuh militer. Setelah berdirinya Dewan Kehormatan Perwira, Komandan Jen-deral Kopassus Muchdi dan seorang kolonel Kopassus dicopot dari jabatannya.
Ditambah lagi beredarnya rumor yang makin kencang bahwa Prabowo dan anak buahnya telah menyebabkan kerusuhan Mei. Pada 23 Juli, Habibie menyusun 18 anggota TGPF untuk menemukan "dalang" di balik kerusuhan massal di 6 kota besar, termasuk Jakarta. Setelah bekerja tiga bulan, TGPF menyimpulkan bahwa penculikan, krisis ekonomi, Sidang Umum MPR, aksi-aksi demonstrasi dan tragedi Trisakti semua berhubungan erat dengan kerusuhan.
Butir pertama dari sembilan rekomendasi adalah agar pemerintah melakukan pengusutan terhadap pertemuan 14 Mei di Kostrad untuk "menemukan peran Letjen Prabowo dan sekutu-sekutunya dalam proses yang mengarah pada kerusuhan".
"Apa motivasi kami merancang kerusuhan," ia bertanya. "Kepentingan kami adalah mempertahankan kekuasaan. Saya bagian dari rezim Soeharto. Jika Pak Harto bertahan tiga tahun lagi, saya mungkin sudah jadi jenderal bintang empat. Mengapa saya harus membakar ibukota? Itu bertentangan dengan kepentingan saya, selain berlawanan dengan prinsip saya."
Dalam ringkasan eksekutif yang disebarkan ke berbagai media massa, tidak disebut nama Prabowo sebagai dalang kerusuhan. Tapi tuduhan itu mengarah padanya, pada pertemuan 14 Mei, dan sebelas kali penyebutan namanya. Itu lebih dari Syafrie, yang namanya disebut empat kali, atau Wiranto, yang saat itu masih menjabat Menteri Pertahanan dan Keamanan sekaligus Panglima TNI. Nama Wiranto hanya disebutkan sekali, itupun sebagai salah satu penandatangan dekrit yang membentuk TGPF.
"Bagaimana mungkin saya mengadakan pertemuan merancang kerusuhan pada tanggal 14?" tanyanya. "Padahal kerusuhan dimulai pada tanggal 13. Dan yang menemui saya adalah kaum oposisi Orde Baru."
Prabowo mengecam berbagai insinuasi dalam laporan tersebut. "Apa motivasi kami merancang kerusuhan," ia bertanya. "Kepentingan kami adalah mempertahankan kekuasaan. Saya bagian dari rezim Soeharto. Jika Pak Harto bertahan tiga tahun lagi, saya mungkin sudah jadi jenderal bintang empat. Mengapa saya harus membakar ibukota? Itu bertentangan dengan kepentingan saya, selain berlawanan dengan prinsip saya." Dia menganggap laporan itu tidak logis. "Bagaimana mungkin saya mengadakan pertemuan merancang kerusuhan pada tanggal 14?" tanyanya. "Padahal kerusuhan dimulai pada tanggal 13. Dan yang menemui saya adalah kaum oposisi Orde Baru."
"Kalaupun Anda tak percaya jika saya masih memiliki rasa kemanusiaan," bantahnya, "kalau kami menghancurkan etnis Cina, perekonomian kami juga ikut hancur. Ini seperti bunuh diri. Jika saya memulai kerusuhan, mengapa saya tidak dijatuhi dakwaan?! Sebab, bukti-bukti akan mengarah pada mereka yang menuduh saya."
Dia rnembantah kesan bahwa dia anti Cina. Katanya, seperti pada umumnya orang Indonesia, dia tidak setuju kalau etnis minoritas Cina mengendalikan sebagian besar perekonomian. "Para pengusaha Cina berpikir saya akan menyingkirkan mereka. Tapi model ekonomi saya adalah kebijakan ekonomi baru Malaysia."