Katanya Tuhan, kok bisa mati di kayu salib?
Tuhan kok dilahirkan, dari perawan pula, gimana caranya?
Kasihan ya orang Kristen, nyembahnya manusia?
Orang Kristen kenapa nyembah patung, apa gak takut dosa?
Tuhan mereka kan dilahirkan ke dunia, jadi dosa-dosanya orang Kristen sudah ditebus oleh Yesus?
Mengapa Yesus yang disalibkan lalu sekonyong-konyong dosa-dosa orang Kristen sudah tertebus?
Kompasianer yang mengimani Kristus maupun non-Kristen, apakah anda familiar dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut? Atau justru pertanyaan itu sudah ada di benak anda sejak lama tapi belum ada yang bisa menjelaskannya secara masuk akal?
Inilah sederet pertanyaan paling nomor wahid dari agama lain kepada umat Kristiani di seluruh dunia. Saya sebagai penganut Katolik, pada kesempatan kali ini bermaksud membuka rahasia tentang iman Kristiani itu seperti apa, dan mengapa salib begitu diagungkan dalam kepercayaan Nasrani.
Sebenarnya memaknai kehadiran Yesus Kristus sangat sederhana, tetapi sayangnya dalam pendidikan agama Kristen, banyak sekali perumpamaan-perumpamaan yang terkadang membuat kita yang menganutnya merasa samar akan tujuan ajarannya.
Akibatnya, bahkan penganut Kristen sendiri tidak semuanya paham tentang Salib Kristus dan tidak mampu menyampaikannya dengan ‘pas’ kepada orang-orang yang bertanya, misalnya para orangtua yang ditanya oleh anak-anaknya.
Salib Yesus, ‘katanya’ telah menebus dosa-dosa umat manusia. Sebelumnya harus dipahami terlebih dahulu bahwa ketika kita berbicara dosa, tentu kaum beragama apapun paham bahwa ini adalah urusan masing-masing pribadi. Dengan lahirnya Yesus ke dunia, tidak boleh dijadikan justifikasi bagi kita untuk melakukan dosa, terutama dosa yang merugikan sesama manusia.
Kelahiran Yesus dan Salib Yesus, sejatinya adalah teladan hidup bagi umat Kristiani. Inilah jawaban yang paling mendasar bagi seseorang yang mengaku dirinya beriman Kristiani.
Apakah sampai di sini anda masih belum memahami Salib Yesus? Marilah lanjutkan membaca ke bawah, saya hendak mengajak anda untuk sedikit menengok sejarah.
Kelahiran Yesus dan AjaranNya
Kehidupan Yesus, dimulai saat Ia dilahirkan dari keluarga yang sangat sederhana. Yusuf, ayahNya adalah tukang kayu, dan Maria ibuNya adalah wanita sederhana yang sangat religius. Tidak ditemukan catatan sejarah yang menyebutkan secara jelas Yusuf dan Maria menganut agama apa, tetapi mengamati kondisi sosial yang tertulis dalam Injil, keduanya menganut kepercayaan yang diturunkan dari Musa dengan berpedoman pada hukum Taurat.
Di Alkitab, kiprah Musa ini tertuang dalam perjanjian lama. Sementara Yesus – keturunan Ibrahim – keturunan Ishak – keturunan Daud, dilahirkan untuk memperbarui pemahaman manusia akan kehendak Allah. Musa juga merupakan keturunan Ishak.
Setelah Maria dan Yusuf mendapat wahyu dari Roh Kudus akan kabar kelahiran Yesus (Imanuel), kehidupan spiritual keduanya turut berubah. Yesus dilahirkan di kandang domba tetapi bukan karena kemiskinan, melainkan situasi politik saat itu di bawah pemerintahan raja Herodes Agung, raja Yudea yang hendak membunuh semua anak laki-laki sepantaran Yesus (sumber: Injil Lukas 2:1-20) di seluruh Bethlehem, lantaran takut posisinya sebagai penguasa terancam oleh Yesus.
Atas kehendak Allah Bapa, Yesus selamat dan tumbuh dewasa. Ia terpanggil untuk mengajar tentang iman akan Allah yang Ia sebut sebagai BapaNya di Surga. Yesus diberikan karunia Roh Kudus oleh Allah Bapa untuk berkata-kata bijak, untuk mengajar dan membuat mukjizat kepada mereka yang belum percaya.
*note: itulah mengapa iman Kristiani mengenal konsep Allah Tritunggal (Trinitas), yakni Bapa, Putra (Yesus Kristus) dan Roh Kudus. Dan itulah alasannya meskipun seorang Kristiani yang berdoa menggunakan banyak sebutan, Allah, Bapa, Yesus, Kristus, Tuhan, hingga menyebut nama para kudus seperti Bunda Maria, Santo Yusuf, Santo Stefanus, dan lain sebagainya, yang dituju hanya satu, Dia-lah Yang Maha Esa.*
Iman Yesus kemudian mendapat cobaan manakala ada seseorang yang sakit keras di hari Sabat. Yesus saat itu diundang pesta oleh salah satu pemimpin kaum Farisi, kaum yang masih memegang teguh kepercayaan tentang hari Sabat (sumber: Injil Lukas 14:1-6) dalam hukum Taurat.
Kaum Farisi ini adalah pemimpin agama Yahudi yang sangat fanatik dan cenderung pongah, merasa diri mereka paling suci dan paling saleh, menganggap hukum Taurat adalah saklek dan tidak boleh dilanggar. Keyakinan kaum Farisi merupakan antitesis ajaran Yesus. Sebagai contoh misalnya, hari Minggu atau dikenal orang Yahudi sebagai hari Sabat, orang tidak boleh bekerja sama sekali. Sesuai dengan keyakinan dari hukum taurat tentang penciptaan alam semesta oleh Allah, bahwa setelah mencipta selama 6 hari lamanya, Allah beristirahat pada hari ke-7, hari itulah yang mereka sebut hari Sabat.
Ada satu kalimat Yesus saat itu yang langsung membuat kaum Farisi tak mampu lagi berkata-kata. “Siapakah di antara kamu yang tidak segera menarik ke luar anaknya atau lembunya kalau terperosok ke dalam sebuah sumur, meskipun pada hari Sabat?” (sumber: Injil Matius 12:9-15a), begitu ajar Yesus yang menang telak dari orang-orang Farisi.
Lebih lanjut, ajakan Yesus lainnya yang menjaga kita dari sikap menghakimi sesama tertuang dalam Injil Matius 5:21-22, bunyinya “Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.”
Dalam hal ini kata makian seperti Kafir!, Jahil!, menurut Yesus adalah wujud kemarahan yang mendendam yang secara tidak adil menghendaki kematian orang lain. Lagi-lagi kita harus kembali pada esensi ajaran agama itu sendiri, bahwa tak ada satu pun agama yang mengizinkan pengorbanan sesama manusia dengan alasan apapun.
Yesus selalu mengajarkan agar kita memposisikan diri kita sebagai orang lain dalam setiap tindak tanduk. Kalau tidak mau dicubit, ya kita jangan mencubit duluan, begitu kasarnya menurut saya.
Alhasil, orang-orang yang tadinya menyembah berhala, maupun penganut Yahudi banyak yang tersentuh hatinya akan ajaran Yesus. Kisah pengajaran Yesus tertuang dalam kitab suci Perjanjian Baru yang disebut Injil. Itulah mengapa sejak sekolah dasar kita semua mengenal kitab sucinya orang Kristen adalah Injil. Injil telah menggenapkan perintah Allah yang tertuang dalam hukum Taurat, artinya perintah Allah menjadi lebih relevan dan manusiawi bagi kehidupan bermasyarakat, dibandingkan melaksanakan sesuai hukum Taurat yang diturunkan Musa.
Di Antiokhia, pengikut Kristus pertama kalinya disebut Kristen – gelar yang diberikan kepada 12 rasul (murid Yesus) yang mengabarkan ajaran Kristus Yesus (sumber Injil Kisah Para Rasul 11:26). Istilah Kristen pada Bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari Bahasa Belanda Christen (Kristen) atau Bahasa Inggris Christian (Kristiani).
Jalan Salib, Penderitaan dan Kematian Yesus
Ketika nama Yesus semakin terkenal dan pengikutnya bertambah banyak, ada pihak yang membenci terutama pemimpin kaum Farisi di masa kepemimpinan raja Herodes Antipas, penerus Herodes Agung. Pasalnya ajaran Yesus dinilai berani menentang raja, sementara kebencian kaum Farisi karena rasa iri ajaran Yesus lebih diterima oleh orang-orang.
Kemudian dibuatlah skenario dalam bentuk persekongkolan untuk menyingkirkan Yesus beserta ajaranNya, yakni memfitnah seolah-olah Yesus menyatakan dirinya sebagai Allah itu sendiri.
Yesus ditangkap dan diadili menurut hukum Taurat dan Romawi. Selama di pengadilan, Yesus mengalami siksaan, dipukuli, diludahi, diolok-olok, jubah terbaiknya ditanggalkan, Ia ditelanjangi oleh prajurit-prajurit dari pemuka agama (Yahudi), dari raja Herodes dan tentara Romawi. Ia masih harus berjalan dengan kondisi luka-luka ditubuh dan hatiNya menuju tempat Ia akan disalibkan. Sampai di sinilah dimulainya titik klimaks iman Kristiani.
Yesus pun saat disalibkan menjelang ajalNya merasa bahwa Allah, BapaNya telah meninggalkan Dia. Saat itu Yesus mengalami krisis iman. Ia sedih bahwa Allah, BapaNya tidak menolong di saat Ia menderita. Namun kehendak Allah adalah misteri, bahkan Yesus sendiri, Putra yang diutus Allah, tidak mengerti mengapa ia harus menderita.
Yesus yang sudah tak berdaya di kayu salib masih saja difitnah, di atas salibNya tertulis “Inilah Nabi Raja Yahudi” (disingkat INRI). Padahal, pemimpin Yahudi sendirilah yang bersekongkol untuk menyerahkan Yesus kepada raja penguasa.
Ternyata mati di kayu salib bukan akhir dari teladanNya. Ia bangkit pada hari ketiga, menampakkan diri (Epifani, Red) kepada orang-orang yang berduka hatinya setelah menjadi saksi penyaliban Yesus, membuat orang-orang yang tadinya tidak percaya menjadi percaya, hingga tiba saatnya Yesus diangkat ke surga.
Memaknai Salib dan Penebusan Dosa dalam Hidup Seorang Kristiani
Ketika orang merasa bahagia, kaya raya, kenyang, sukses, tentunya tidak membutuhkan apa-apa lagi di dunia ini, cukup menikmati segala kelimpahan yang ada. Sayangnya kita pun menyadari, hidup seorang manusia tak selamanya berada di atas, tak selalu bahagia, tak selalu bergelimangan harta kekayaan, tak selalu kenyang, dan masih banyak penderitaan lainnya.
Hidup kita pun sama seperti Yesus, kita tidak mengetahui apa kehendak Allah, kita pernah merasakan berada di atas lalu dalam sekejap kemudian kita menderita. Kita mengalami kekeringan iman, merasa Tuhan meninggalkan kita.
Ketika kita mengalami penderitaan yang sangat menyakitkan, apakah lantas boleh kita menyebut Allah jahat membiarkan itu terjadi?
Kehendak Allah bagi iman Kristiani adalah misteri yang tak terbantahkan.
Ketika kita dirundung masalah, menderita dan sakit, inilah wujud salib bagi seorang manusia, dan di situ pula teladan Yesus kita laksanakan dalam kehidupan. Kepasrahan dan keikhlasan adalah jawabannya, sekali pun Allah berkehendak kita mati dalam penderitaan tersebut. Bahkan dengan matinya raga, iman Kristiani menjanjikan kita agar tidak takut dengan kematian, karena seperti Yesus, kita akan dibangkitkan.
Dibangkitkan dalam hal ini memang memiliki banyak makna. Lagi-lagi ini adalah misteri iman. Namun yang pasti, iman Kristiani yakin bahwa Surga adalah ganjaran terbesar bagi kepasrahan dan keikhlasan dalam iman yang telah kita amalkan.
Siapakah kita manusia di dunia ini yang belum pernah mengalami satu saja penderitaan yang dialami Yesus?
Salib Kristus adalah teladan bagi roda kehidupan seorang anak manusia, menyelamatkan kita dari dosa bahkan di saat terburuk ketika kita sedih dan terluka, saat di mana kita ingin menghujat Allah, menyangkal kehendakNya. Salib Kristus adalah teladan ketika kita merasa sedang bahagia dan sukses, agar kita tidak jatuh ke dalam dosa dengan menindas sesama kita yang berkekurangan dan tidak beruntung nasibnya.
Bedakan dengan para penyembah iblis (contoh: kisah raja Herodes) yang tega membunuh atau mengorbankan sesama manusia dengan dalih pengorbanan suci. Manusia beragama, tidak akan menyakiti atau mengorbankan sesamanya demi kepentingan agamanya, karena pada dasarnya tak satupun dari kita yang ingin disakiti maka kita pun tidak boleh menyakiti orang lain.
Sesungguhnya inilah satu keuntungan bagi kita yang memiliki iman dibandingkan mereka yang memilih sebagai nonbelieveratau atheis. Iman akan Ketuhanan bisa menjadi tempat terakhir kita mencari pengobatan mental dari dukacita dalam kehidupan.
Orang Kristen Menyembah Patung?
Dengan iman akan Yesus Kristus, orang Kristen kemudian berdoa untuk semakin meneguhkan imannya, menggunakan peralatan rohani, meliputi patung dan gambar Yesus, patung Bunda Maria, kalung rosario dan patung Orang Kudus lainnya. Lantas apakah orang Kristen menyembah berhala?
Umat Kristiani sama sekali tidak menyembah patung. Jika kami menyembah patung, mengapa patung-patung itu bisa kami beli di toko buku hanya seharga puluhan ribu rupiah saja? Memangnya iman mana yang hanya seharga puluhan ribu rupiah?
Patung dan gambar Yesus hanyalah alat/sarana visual kerohanian. Analoginya sederhana saja, anda yang mempunyai pasangan tentu menyimpan foto kekasih di dalam dompet atau di smartphone, atau menyimpan foto kerabat yang sudah meninggal dunia untuk mengenang dan menghormati jasa-jasa almarhum. Demikianlah fungsi patung Yesus dan patung Bunda Maria bagi orang Kristen, dimaksudkan agar dapat berdoa lebih khusyuk serta untuk sedikit mengobati kerinduan kami terhadap teladan hidup kami. Jika patung dan foto-foto tersebut hilang atau rusak, kami dapat dengan mudah membelinya di toko, karena iman Kristiani tidak menyembah patung, melainkan Allah Bapa.
Namun akan berbeda halnya jika ada pihak yang berani membakar atau menginjak-injak patung atau gambar Yesus. Sebagai analoginya, bendera merah putih lambang negara Indonesia, apabila ada negara lain yang berani menginjak-injaknya, siapakah anak bangsa yang tidak geram dan melawan?
Pada akhirnya, jika seorang penganut Kristen telah menemukan makna Salib Kristus, maka dia tak akan pernah ragu lagi menyampaikan kepada dunia bahwa Yesus Kristus Sang Juru Selamat bagi seluruh umat manusia, Dia yang telah menebus dosa-dosa dunia.
Demikianlah kesaksian iman saya. Semoga bagi anda yang mengimani Kristen juga dapat menemukan makna Salib Kristus dalam hidup. Mungkin tidak akan sama persis seperti yang saya alami, tetapi harapannya semoga menjadi berkah bagi sesama.
Mari kita menyampaikan kabar keselamatan ini kepada semua orang. Selamat menyambut Paskah 2017 untuk Kompasianer yang merayakan.
Dan bagi Kompasianer non-Kristen, semoga semakin bertumbuh rasa toleransi, menghargai kepercayaan Kristen akan Yesus Kristus tanpa prasangka apapun.
God bless us.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H