Ajak mereka untuk bisa mengekspresikan apa yang sedang mereka pendam tanpa adanya tekanan. Bangun dialog yang penuh keterbukaan agar siswa juga nyaman sehingga guru bisa mengenali penyebab stres yang dialami oleh mereka. Kemudian, tunjukkan simpati dengan memberikan respons yang baik, tanpa menghukum, menyalahkan, maupun menghakimi.
(2) Memberikan pelatihan mengenai stres
Lewat peran bimbingan dan konseling, siswa yang stres dapat diberi pelatihan manajemen stres melalui coping stress. Strategi ini bertujuan untuk mengurangi dampak buruk akibat stress.
Dikutip dari laman siloamhospitals.com, coping stress ini memiliki dua jenis, yaitu stress positif dan stres negatif. Stres positif ditunjukkan dengan respons positif seseorang ketika menghadapi stress, seperti melakukan olahraga, berkebun, memasak, melakukan hobi, journaling, serta kegiatan menyenangkan lainnya.
Sementara itu, stres negatif ditanggapi dengan cara melukai diri, makan secara berlebihan, terlalu banyak tidur, menarik diri dari kehidupan sosial, serta hal negatif lainnya. Agar tidak berujung pada gangguan depresi, lembaga bimbingan dan konseling di sekolah bisa mengedukasi siswa terkait pelatihan mengelola stres secara individu.
Langkah-langkah itu bisa dilakukan dengan mencontohkan teknik relaksasi yang tepat kepada siswa. Hal yang perlu diingat bahwa setiap siswa mengalami stres karena sumber penyebab yang berbeda. Oleh karena itu, cara menanganinya pun juga berbeda.
(3) Mengajak siswa untuk melakukan refleksi diri
Guru bisa memberikan arahan kepada siswa untuk journaling agar mereka dapat melakukan refleksi diri. Simpelnya, seperti menulis diary. Journaling dapat ditulis tangan maupun diketik. Melalui teknik ini, siswa dapat mencurahkan emosi yang sedang dirasakan sehingga dapat membantu mereka dalam menghadapi peristiwa yang akan terjadi selanjutnya. Selain itu, journaling juga berfungsi untuk menjaga kesehatan mental karena memberikan mereka media untuk melakukan penilaian terhadap diri sendiri.
(4) Menerapkan perilaku sehat
Kesehatan fisik juga memengaruhi kesehatan mental. Guru beserta pihak sekolah bisa saling bekerja sama untuk memantau nilai gizi dari makanan yang dikonsumsi siswa, bagaimana kondisi kesehatan lingkungan sekolah, dan memberikan edukasi tentang kesehatan.
Guru juga bisa melakukan tracking terhadap pertumbuhan dan perkembangan siswa dengan dibantu tim kesehatan dari sekolah. Dengan menerapkan perilaku sehat, siswa dapat memiliki kesempatan lebih untuk memiliki kesehatan mental yang baik.