Siswa yang stress sering merasa sulit untuk berkonsentrasi sehingga materi yang masuk ke dalam otak akan kurang optimal. Hal ini akan berpengaruh pada penurunan prestasi akademiknya.
Rasa cemas juga dapat membuat siswa jadi kurang termotivasi dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini bisa mengakibatkan siswa untuk enggan masuk ke dalam kelas karena takut akan dibully atau kesulitan karena tidak bisa mengikuti capaian akademis yang telah ditentukan.
(2) Kesulitan dalam Bergaul
Masalah mental yang dialami oleh siswa dapat menyebabkan mereka kesulitan dalam bergaul. Memiliki trauma di masa lalu, lingkungan yang toxic, serta tidak punya rasa percaya diri bisa mengakibatkan mereka untuk selalu menghindar dari lingkungan sosial. Hal ini bisa berisiko pada kurangnya perkembangan pada keterampilan sosial mereka.
(3) Masalah dalam Kesehatan Fisik
Merasa stres, cemas, dan depresi juga berdampak pada kesehatan fisik seseorang. Gejala yang terjadi diantaranya kesulitan untuk tidur, mengalami sakit kepala, gangguan pencernaan, keringat berlebih hingga menurunnya nafsu makan.
Ketidaknyamanan dalam fisik dan mental akan membuat siswa menjadi kurang produktif di sekolah. Tujuan pembelajaran yang sudah dirancang pun bisa berisiko tidak tercapai.
(4) Munculnya perilaku negatif
Perubahan perilaku dari siswa, seperti mudah marah, mudah tersinggung, dan kerap berbohong bisa menjadi tanda-tanda siswa sedang mengalami stres, cemas, maupun depresi. Jika hal ini dibiarkan terlalu lama, akibat yang lebih parah bisa saja terjadi, seperti melukai orang lain, menggunakan narkoba, lari dari tanggung jawab, dan beberapa akibat lainnya.
Mengatasi Stres Siswa di Sekolah
(1) Menciptakan iklim sekolah yang positif
Ciptakan iklim sekolah yang positif dengan menghadirkan keakraban antara siswa dengan guru beserta pihak sekolah. Bantu siswa untuk menyadari bahwa mereka sedang dilanda stres dan berikan pengertian bahwa stres merupakan hal yang normal.