Dokter tanpa memberikan penjelasan langsung mengangkat semua payudara kanan. Ketika ditanya kenapa dan stadium berapa? Jawabannya demi mematikan sel kanker dan tidak usah tahu stadium berapa.
Selesai operasi, mama langsung dirawat 3 hari 2 malam di kamar ICU tanpa penjelasan yang jelas.Â
Kejadian yang menimpa mama itu membuat saya menghindari dirawat dokter yang sama dan tidak langsung percaya penjelasan dokter.
Saya akhirnya memutuskan bertemu dokter yang pagi praktek di rumah sakit kanker milik pemerintah dan sore di sana.Â
Dokter itu kaget sekali saat saya beritahu penjelasan dokter pertama. Menurutnya itu tidak benar karena bila dibiarkan bisa menyebabkan radang lalu merembet ke penyakit lain. Dokter menyarankan untuk saat itu biopsi aspirasi yaitu menyedot keluar cairan di kantung kista dengan jarum suntik. Cairan itu nanti harus diteliti ada mengandung sel berbahaya atau tidak.Â
Sejak itu saya memutuskan untuk kontrol ke dokter ini. Setelah beberapa kali kontrol, saya kagum dengan ketajaman tangan beliau yang bisa menemukan benjolan yang tidak terlacak di USG.
Awalnya saya ngotot tidak percaya karena tangan saya tidak merasa ada benjolan. Tapi, dokter dengan enteng menjawab, "Meski saya tidak punya payudara seperti kamu tapi, saya hampir tiap waktu memegang payudara jadi tahu bagian ini ada yang tidak beres."
Setelah disedot, bagian yang dipermasalahkan itu mengeluarkan banyak cairan.Â
Menemukan dokter yang informatif dan teliti sangat sulit.
Saya selama belasan tahun menghindari dokter THT karena saat SMA gara-gara telinga mendadak nyeri, dibawa papa periksa ke dokter THT yang sangat terkenal. Dua kali pergi kontrol keadaan makin parah hingga membuat mama sangat marah dan teringat dokter anak yang dipakai saya sejak lahir.Â
Dokter anak itu kaget bukan main melihat kondisi saya dan obat yang diberi dokter THT. Meski sudah lama tidak bertemu karena setelah SMP baru sekarang saya sakit, beliau masih ingat dengan jelas pertumbuhan gigi saya. Nyeri di telinga disebabkan gigi yang patah.Â