Ibu datang sehari lebih cepat dari bude dan Wiwi. Kedatangan ibu hari ini membuat aku pulang tepat waktu jam 5 sore tidak lembur seperti biasa.
Keesokan hari, bude dan Wiwi sampai hotel jam 6 sore. Ibu memintaku untuk menemui mereka sepulang kantor. Pekerjaanku selesai jam 7 malam. Dengan langkah tergesa-gesa, aku jalan kaki ke hotel sambil menenteng besek berisi wingko babat kesukaan mereka.Â
Bude segera turun dari kamar begitu menerima telepon aku dari lobi.Â
"Bintang! Ayo, naik kita ke kamar buat ngobrol. Ada Wiwi di sana," ajak bude dengan mengandeng aku.
Wiwi sedang mandi saat aku sampai di kamar. Koper warna hitam berisi file, terbuka lebar di atas lantai samping jendela.Â
"Bude belum sempat bongkar koper. Ada banyak oleh-oleh untuk kalian. Besok ibumu katanya mau datang jam 10 pagi bersama Bulan. Sebaiknya oleh-oleh itu besok bude kasih mereka," kata bude sambil menyuruhku duduk di kursi depan meja kerja.
"Bude ini..." Perkataan terputus karena Wiwi mendadak keluar dari kamar mandi dan membuatku spontan menengok ke arahnya.
"Wi! Ini Bintang, sepupumu. Bintang itu Wiwi." Bude memperkenalkan kami sebagai sepupu yang lama terpisah. Aku tersenyum kecil saat mendengar itu. Wiwi belum diberitahu tentang latar belakangnya.
Kami sama-sama berkata,"Halo!" lalu, jabatan tangan.
"Bude ini ada wingko babat dari ibu," lanjutku.
"Wah, sayang tidak ada teh tubruk! Bude sudah kangen sekali minum teh tubruk sambil makan wingko babat," balasnya sambil mengambil lalu membuka besek untuk ambil satu dan makan.