"Mbak, semoga sebelum wisuda sudah ada kabar diterima atau tidak dari perusahaan itu," kata Bulan seakan membaca pikiranku lagi.
"Iya, semoga," jawabku pelan.
Seminggu kemudian, perusahaan media cetak itu menelepon ke telepon selular bekas kak Milah untuk meminta aku untuk datang wawancara ke kantor mereka lusa pagi jam 9:00.
Pewawancara aku adalah kepala biro bernama Nate, pria Amerika berumur 34 tahun yang baru pindah tugas ke Jakarta dari Washington, satu tahun yang lalu. Selesai wawancara, Nate langsung menyalami aku dan menyatakan aku diterima. Lusa, aku sudah bisa bergabung kerja dengan mereka. Kantor mereka terletak di Jakarta Pusat tidak jauh dari hotel Grand Hyatt.
Tidak kusangka tebakkan pak Ma bahwa aku bisa jadi jurnalis, menjadi kenyataan.
Sebelum pulang ke rumah, aku mampir bakery hotel President untuk beli kue tart buah sebagai hadiah kejutan untuk Bulan yang telah setia mendukungku selama ini.
"Waaah! Isi kotak kue itu apa, mbak?" tanya Bulan saat menyambutku pulang dan mengambil kotak kue dari tanganku.
"Ini untuk merayakan aku telah diterima bekerja!" jawabku dengan tersenyum lebar.Â
"Wah, selamat! Orang rumah pasti bahagia sekali mengetahui berita gembira ini," seru Bulan kegirangan.
Saat Bude dan Wiwi datang ke Jakarta, aku sudah sebulan bekerja jadi jurnalis dan telepon selular kak Milah menjadi milikku.Â
"Halo, Bintang! Ibu sudah di rumah." Saat sedang makan siang di ruang rapat kantor, ibu meneleponku ke telepon selular untuk mengabari telah sampai dengan selamat. Rumah saat itu kosong karena Bulan ada kuliah hingga sore.