Mohon tunggu...
MK
MK Mohon Tunggu... Freelancer - Cahaya Bintang

Saat diri dapat katakan CUKUP di saat itu dengan mudah diri ini untuk BERBAGI kepada sesama:)

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Pintu Depan 22

25 April 2022   21:08 Diperbarui: 25 April 2022   21:12 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kami semua mendengar cerita pak Xie dengan diam. 

Saat peristiwa Tiangmen, cucu laki satu-satunya meninggal saat demo di usia 18 tahun. Cucu yang memiliki impian meneruskan toko legendaris ini telah tiada.

Pak Xie dan keluarga sudah mengiklaskan kepergian anak itu. Masa depan toko ada di tangan Tuhan. Mereka yakin kelak pasti toko ini ada yang meneruskan.

Pengalaman hidup yang mengajarinya untuk tidak larut dalam kesedihan dan kekhawatiran. Pendiri toko ini seorang kasim. Semua tahu bahwa menjadi kasim berarti tidak bisa memiliki anak. 

Setelah toko buka sebulan, kasim itu kerepotan kerja sendiri. Suatu sore saat sedang tutup toko, datang seorang perempuan muda yang miskin bersama 3 anak kecil. Satu digendong di punggung dan 2 digandeng. Anak yang besar memeluk guci abu. Abu itu adalah ayah mereka yang bekerja jadi tentara di kota.

Mereka datang dari desa untuk menjemput abu ayah yang tewas dalam perang saudara. Perempuan itu hanya punya uang cukup untuk beli 2 bakpao. Rasa kasihan mengerakkan hati kasim untuk memberi makan. Keempat orang itu diajak masuk dan dimasaki makanan. Bakpao matang tidak ada yang tersisa.

Karena sudah sore, kasim menawarkan mereka untuk tinggal semalam. Saat kasim sedang membuat bakpao di jam 2 pagi, perempuan itu terbangun dan ikut membantu. Keluarga perempuan itu hanya ketiga anak yang sedang tidur maka, kasim menawarkan dia untuk menetap membantu usahanya. Marga kasim itu Xie. Ketiga anak itu setelah menikah dan memiliki anak menamai anak mereka dengan marga Xie. 

"Kalian setelah ini mau ke mana? Sekarang sudah jam 2 siang. Saking asyik ngobrol sampai tidak terasa waktu berlalu," tanya pak Xie, tiba-tiba.

"Kami hanya mau keliling Dongcheng. Selain aku, semua sudah pernah masuk ke Kota Terlarang. Rencana setelah makan siang ke sana tapi, pemandangan dari sini sudah cukup buatku. Teman-teman, uang tiket kita belii es krim saja. Aku tidak minat ke dalam," jawabku.

"Yakin nanti tidak menyesal?" tanya Shotaro. 

Aku mengangguk keras.  "Yakin!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun