"Ebi tempura juga saat itu juga saja," lanjutnya lagi.
"Oke!" jawabku singkat.
DX telah membuat jadwal tur 7 hari lengkap dengan jam keberangkatan. Besok kami kemping semalam di sekitar tembok besar dan sewa sepeda baru mulai 3 hari lagi setelah kembali ke asrama.Â
Keesokan hari jam 5 pagi, kami semua sudah berkumpul di ruang makan untuk sarapan dan beberes bekal. Semalam, aku buat nasi goreng serta mun tahu. Mun tahu sudah habis semalam tapi, nasi goreng sengaja disisai untuk pagi ini.Â
Menu sarapan kami adalah nasi goreng, timun dan telur rebus. Aku merebus telur 10 butir untuk sarapan dan sisa untuk diperjalanan. Shidd dan DX yang mengupas semua kulit telur.
Selesai makan dan cuci piring, kami berangkat jalan kaki sekitar 10 menit ke halte bis untuk naik bis yang lewat jam 6:00. Jarak dari asrama ke tembok besar naik bis bisa makan waktu 3 jam lebih karena harus gonta-ganti pindah terminal.
Cuaca di awal bulan Agustus di Beijing sangat panas menyegat. Tembok besar biasa ramai dikunjungi saat musim semi atau gugur karena hawa saat itu sejuk. Kami berharap nanti sesampai di sana tidak terlalu ramai.
Kami berlima memakai topi yang ada tali ikat di leher dan kain menutupi leher belakang. Bis sangat sepi karena banyak yang ambil libur musim panas untuk pulang kampung. Mayoritas penduduk Beijing adalah orang luar kota. Kota terbesar nomor 2 di Tiongkok ini saat musim liburan menjadi agak sepi.
 Sepanjang jalan kami sibuk ngobrol sehingga tidak ada satu pun yang tertidur. Bangku paling belakang bis diduduki kami berlima.
"DX, peta ini susah dimengerti," kata Shidd sambil menatap peta kota Beijing yang dibuka lebar di depan mukanya. "Tulisannya tidak ada bahasa Inggris," keluhnya. "Shotaro! Kamu tahu ini kota apa?" tanyanya sambil menunjuk ke suatu tulisan.
"Tidak tahu. Sepertinya Tongzhou??" jawabnya bingung.