Sekejap hawa dingin yang hening menyelimuti ruang tamu dan semua penghuni asrama hanya tertunduk diam karena tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi.
Aku yang tahu ada kekacauan di luar sana spontan berseru,"Suster saja yang pergi lari ke istana. Aku di sini saja tidur!"Â
"Bintang! Kurang ajar kamu! Berani sekali kamu membantah..."
Aku langsung balik badan ke arah tangga yang mengarah ke kamar. Aku tahu kaki suster tidak kuat untuk naik tangga maka pasti tidak akan dikejar.Â
Sesampai di kamar aku berdoa memohon pencerahan untuk kejadian aneh tapi nyata di luar asrama. Selesai doa langsung jatuh tertidur lelap hingga jam 5 pagi.
Begitu mata terbuka, aku langsung bangun dan lari turun untuk cek apa masih ada orang di sini. Ternyata semua lengkap.Â
Tanpa buang waktu segera aku lari ke kamar untuk ambil uang receh untuk telefon ke rumah mengabari mama bahwa aku baik-baik saja.
Langkah kaki aku buat pelan supaya tidak membangunkan suster dan lainnya. Setelah berhasil keluar dari pintu asrama, di tengah udara yang penuh kabut dingin mendadak aku diam berdiri memantung.
Semua pintu gerbang antar sekolah terbuka lebar. Mengingat ucapan suster semalam, seharusnya semua tertutup rapat supaya tidak ada yang bisa masuk.
Dengan bingung aku berlari ke arah telefon umum di pintu keluar belakang asrama. Semakin mendekat ke telefon makin terlihat jelas ada pemandangan tidak biasa di jalanan.Â
Rasa penasaran mempercepat lariku. Sesampai di pintu gerbang terlihat jelas belasan tank hijau amphibi ABRI berbaris diam di sepanjang tembok sekolah. Di atas setiap tank terlihat seorang tentara berjaga.