Mohon tunggu...
MK
MK Mohon Tunggu... Freelancer - Cahaya Bintang

Saat diri dapat katakan CUKUP di saat itu dengan mudah diri ini untuk BERBAGI kepada sesama:)

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Interaksi Bahasa Antara Indonesia dan Jepang

20 Januari 2021   07:08 Diperbarui: 20 Januari 2021   07:36 1166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Bahasa yang kita gunakan sehari-hari banyak yang merupakan serapan dari bahasa asing terutama, Jepang.

Meski secara geografis berjauhan tapi selama ratusan tahun telah terjadi "interaksi" antara Jepang dan Indonesia. Tanpa interaksi tidak mungkin ada bahasa dan budaya yang sama.

Tak perlu dikatakan lagi, Jepang dan Indonesia adalah negara maritim dan sejak lama terjadi interaksi satu sama lain ketika berlayar ke laut lepas menggunakan kapal. Apalagi nenek moyang kita terkenal sebagai "Seorang Pelaut".

Saat itu tidak perlu dijelaskan lagi pasti ada arus pasang dan surut. Saat arus pasang surut ini secara tidak sengaja dan sengaja terjadi interaksi. 

Ada banyak contoh kejadian interaksi bahasa dan budaya di dalam kedua negara. Menurut saya mungkin pada permulaan terjadi karena saat nelayan sedang pergi menangkap ikan ada badai datang lalu menghanyutkan mereka ke dalam gelombang arus kuroshio hingga terdampar ke pulau-pulau di Filipina dan Indonesia. 

Sejak sebelum zaman Edo ada "bajak laut" yaitu; angkatan laut Kurushima dan angkatan laut Kuki yang dulu aktif mengasah keterampilan manuver kapal, kekuatan bela diri, kekuatan perang, serta taktik perang.

Mereka terbiasa menjarah di perairan Asia Tenggara. Selain itu mereka tidak peduli dengan kebijakan pintu tertutup zaman Edo hingga ditakuti sebagai "bajak laut Jepang". 

Pada awal periode zaman Edo (awal abad ke-17) ada bajak laut bernama Nagamasa Yamada pergi berlayar ke Siam dan menjadi kepala suku kampung Jepang yang ada di ibu kota Ayutthaya. Yamada berhasil mengatasi perang saudara di Siam hingga mendapat kepercayaan dari raja dan dijadikan pejabat negara.

Nanti akan saya jelaskan bahwa bajak laut ini suka datang ke Indonesia.

 I. BAHASA INDONESIA DI BAHASA JEPANG

1. NAGASAKI CHANPON

Ada yang mengunakan kata chanpon yang entah kenapa memberi gambaran "dicampur / gochamaze ni shita mono" dan "jangan dicampur / chanpon ni suru na!" Maka tanpa perlu pikir panjang kata ini secara alami dipakai sebagai bahasa Jepang.

Asal kata ini adalah kata "campur" di bahasa Indonesia yang berarti dijadikan satu. Okinawa memiliki masakan bernama "Goya Chanpur" yang menggunakan kata asli campur.

2. NARAKU

Kata ini di Jepang dipakai seperti ini, "naraku no tei / lubang neraka tanpa dasar" atau "naraku ni ochiru / masuk neraka" yang memiliki arti -- "neraka" tetapi, di panggung kabuki ada sebutan "naraku no tei" yang berarti -- "lubang di panggung". 

Ini sebutan trik panggung untuk memunculkan pemain dari bawah ke atas panggung. Teater kabuki adalah teater paling populer di Jepang yang sukses besar di zaman Edo. Kata ini berasal dari bahasa Indonesia yaitu neraka (diucapkan naraku atau neraku, artinya neraka / jikoku).

3. SURUGA

Suruga nama daerah yang sekarang ada di bagian tengah dan timur prefektur Shizuoka. Tak perlu dikatakan, ini adalah rumah dari Ieyasu Tokugawa. Selain itu, daerah ini pada saat itu disebut "Shunshu". 

Nama daerah Suruga konon berasal dari kata bahasa Indonesia sorga atau surga. Pelafalan kata ini di bahasa Indonesia adalah soruga atau suruga yang memiliki arti "surga". Mengingat bahwa ini adalah tanah subur yang menghadap ke gunung suci gunung Fuji, maka nama daerah ini adalah nama daerah yang tepat.

4. NORUKA SORUKA

Menurut pengertian kita sepertinya itu berarti "noruka, sore tomo yameru ka / mau naik? Atau mau berhenti?" Tetapi, ini adalah bahasa Indonesia. Ini berarti datang dari bahasa Indonesia yaitu neraka, surga (naraku, soruga; jikoku, gokuraku).

Sekarang artinya mau pergi ke surga atau jatuh ke jurang neraka. Di Jepang digunakan sebagai ungkapan -- "noruka soruka no tatakai/ pertarungan neraka dan surga".

5. MAKANAI

Kata ini mulai digunakan sejak zaman Heian. Di dalam cerita Genji ada satu kutipan Kashiwagi "Onsuzuri nado makanaite, semekiko yureba, shibu-shibu ni kai-kyu fu o"; bagian ini merupakan kata kerja dari "makanau / bayaran" yang berarti "totonoeru / disesuaikan" atau "shitaku suru / disiapkan".

Pada zaman Edo makanan untuk pekerja di rumah makan atau pedagang disebut "makanai meshi" dan masih digunakan hingga sekarang. Kemudian tempat tinggal yang termasuk makanan disebut "makanai tsuki no geshuku". Tapi, siapa yang menyangka istilah ini adalah bahasa Indonesia?

Dalam bahasa Indonesia makan adalah kata kerja berarti"makan / taberu atau konsumsi / shohi suru mono". Makanan adalah kata benda yang berarti "shokuryo, shokuhin, atau shokuji". Makanai yang digunakan di bahasa Jepang memiliki kemiripan arti dengan makanan di bahasa Indonesia. 

Teori linguistic menyebutkan bila dalam 4 bunyi ada 3 bunyi yang mirip dan memiliki arti sama maka berasal dari satu sumber. Sejak dahulu kala di Jepang yang memiliki arti makan adalah "hamu" lalu waktu zaman Heian di kalangan bangsawan mulai menggunakan "mesu" dan setelah itu "makanai" mulai digunakan.

 6. ANPONTAN

Setelah perang dunia ke-2, kata lucu "anpontan" mulai digunakan di Jepang terutama daerah Kansai. Kata ini berarti "manuke / bodoh" dan ini juga berasal dari bahasa Indonesia.

Setelah perang dunia ke-2, pasukan bagian selatan yang telah dikirim ke Indonesia pulang kembali ke Jepang. Waktu itu banyak pasukan yang berasal dari Kansai maka dari itu kata ini menyebar di Kansai.

Bahasa Indonesia asli adalah "Ampun Tuan!" yang merupakan kata yang memiliki nuansa arti penyesalan mendalam "goshujin sama, owabi moushiagemasu / Tuan, mohon maaf" melebihi kata "sumimasen / minta maaf" yang biasa digunakan. 

Maka, setiap ada pria meminta maaf dengan mengatakan "ampun tuan" karena melakukan kesalahan yang sama maka orang itu akan diolok dengan panggilan "anpontan".  Meskipun memiliki makna yang menyedihkan tetapi karena bergema ringan entah kenapa sepertinya memiliki ungkapan sayang untuk menyebut orang bodoh.

7. JAGAIMO

Orang Jepang biasa menyebut "jagaimo" tanpa berpikir apa artinya. Jagaimo adalah "Jagatara imo / umbi Jagatara" - kentang. Jagatara adalah pulau Jawa. Konon sejak zaman Edo barang dagangan dari pulau Jawa yang dibawa kapal Belanda disebut Jagatara. Hingga kini sebutan itu masih familiar di masyarakat Jepang.

II. BAHASA JEPANG di BAHASA INDONESIA

1. Nanka (NANGKA)

"Nangka" adalah bahasa Jepang. Ketika tentara Jepang ditempatkan di Indonesia ada tentara Jepang sedang berjalan dengan penduduk setempat dan melihat sebuah benda aneh yang besar tergantung di sebuah pohon besar kemudian menunjuk ke sana lalu bertanya, "are wa nanka? / itu apa?" lalu, banyak tentara Jepang bertanya, "are wa nanka? / itu apa?" "Are wa nanka? / itu apa?" 

Dialek Kansai "nanka" adalah "nangka" maka, orang Indonesia jadi salah paham mengira buah itu disebut "Nangka" di Jepang dan penduduk setempat mulai menyebut nangka juga.

Nama itu mungkin lahir dari kesalahpahaman atau mungkin orang Indonesia setempat menyebutnya nangka untuk mengisengi tentara Jepang yang terus berisik bertanya. Nangka disebut juga jackfruit yang merupakan kata dalam bahasa Inggris yang mungkin dinamai setelah kejadian ini. Lantas, awalnya orang Indonesia menyebut buah ini apa? Apa ada yang bisa memberitahu saya?

2. MANADO (MENADO)

Di ujung utara pulau Sulawesi (wilayah Indonesia yang dulu bernama pulau Celebes) terdapat sebuah tempat bernama Manado. Karena arus pasang surut berbagai orang eksotis terbawa hanyut hingga ke tempat ini sejak zaman dahulu hingga banyak orang yang berdarah campuran. 

Negara seperti Belanda, Portugal, Spanyol, Inggris, dll datang untuk mencari rempah-rempah ke kepulauan Maluku dan pulau-pulau lainnya hingga terbawa ke Manado. Bahkan sebelum itu banyak bajak laut Jepang sudah sering datang ke tempat ini.

Manado adalah kata yang berasal dari bahasa Jepang. Tapi bagian mana dari nama tempat ini yang bahasa Jepang? Kalian saat mendengar ini pasti kaget. "Minato" yang berarti pelabuhan. Konon bajak laut Jepang yang sering mengunjungi daerah ini berseru, "Minato", "Minado", atau "Menado" hingga membuat penduduk setempat mengira perompak itu menyebut nama daerah ini "Menado" atau "Manado".

3.ARAMA & - KA

Di Jepang, ketika anda terkejut terkadang anda menggunakan kata seru "arama". Kata menjadi bahasa Indonesia "alamak". Di Jepang untuk pertanyaan sering mengunakan " ka?" dan ini juga menjadi bahasa Indonesia "kah?" 'Kah digunakan seperti "apakah?" atau "mau ke mana 'kah?"

4. MASAKA

Dalam bahasa Jepang ketika anda menemukan suatu hal yang tidak terduga akan berkata, "masaka!" dan di Indonesia ada kata "masakah!" yang memiliki arti sama. Menurut saya "masakah!" tetapi itu benar! Kata ini diperkirakan berasal dari bahasa Jepang.

5. MOCHI

Ada makanan bernama "moci" di dalam bahasa Indonesia. Ini adalah kue beras yang sama dengan mochi Jepang. 

Waktu jaman penjajahan Jepang nama mochi diperkenalkan di Indonesia dan digunakan hingga sekarang.

Hal yang saya sebutkan di atas saya tulis untuk mengisi waktu luang karena tidak bisa ke mana-mana akibat covid19 dan sekuat tenaga melawan kecemasan akan masa depan ingatan yang mulai cepat memundar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun