Seluruh guru di sekolah itu mengenal saya karena sejak bayi sudah 'berkeliaran' di sekolah. Kata mama saat TK saya satu-satunya murid yang tidak menangis di waktu hari pertama sekolah dan bisa langsung menyesuaikan diri dengan lingkungan.Â
Masalah baru pun timbul. Jam sekolah TK dan SD beda. Saya yang TK harus bangun pagi buta lalu ke sekolah bersama kakak dan menunggu 2 atau 3 jam sampai jam masuk TK tiba. Setelah selesai pun saya harus kembali menunggu sampai jam pulang SD tiba.
Saya ingat mama awalnya sangat khawatir jadi ikut temani saya yang harus menunggu berjam-jam di sekolah.Â
Pekerjaan baru mama ini membuat mama tidak bisa pulang untuk masak dan beberes rumah. Singkat cerita mama terpaksa membiarkan kami makan siang dengan jajanan.Â
Tapi, setelah beberapa lama dan melihat saya tidak masalah dibiarkan sendirian maka mama pun berani menitipkan saya ke semua guru, satpam, hingga orang tua yang ada di sana untuk bantu jaga saya.
Mama memberi saya uang untuk jajan dengan tak lupa berpesan makanan mana yang boleh dan tidak boleh dibeli.
Saya ingat mama berpesan jangan beli permen awas sakit gigi. Jangan makan pakai tangan sebelum cuci tangan awas nanti sakit perut. Awas jangan membantah ucapan guru dan tante-tante. Awaaaaaas...
Mama juga berpesan untuk tidak habisi uang jajan. Harus ada sisa untuk dimasuki ke celengan ayam. Rumah kami banyak celengan kosong karena mama suka tukar koran bekas dengan celengan ke tukang barang bekas keliling. Â Saya pun ditantang untuk isi celengan ayam paling besar.
MASA SDÂ
Saya hanya bisa menikmati masa TK selama satu tahun karena kurang murid sehingga begitu lulus TK langsung lanjut SD.
Saat masuk SD di seberang sekolah ada toko puding yang baru buka. Mama pernah beli untuk saya makan. Saya suka tapi sayang harga puding itu sangat mahal. Demi makan puding saya pun menahan diri tidak pakai uang jajan dan tabung selama dua hari.Â