Mama mengerjakan itu semua tanpa mengeluh. Saya tidak pernah melihat dia menangis meratapi nasib sebagai ibu rumah tangga yang harus kerja sendiri memastikan anak dan suami sehat bahagia.
Seiring waktu saya pun jadi besar dan saya ingat sambil nunggu kakak pulang selalu main  ayunan dan pasir di taman sekolah seorang diri. Sedangkan mama berkumpul dan ngobrol dengan sesama mama di samping pos satpam.
KENANGAN BELANJA KE PASAR
Ada kenangan tak terlupakan saat jalan kaki menemani mama belanja ke pasar. Di jalan sekitar pasar ada pengemis anak yang sebaya saya duduk seorang diri di pinggir jalan. Sebuah kaleng ditaruh di depan kaki.Â
Saya waktu itu belum sekolah tetapi saya ingat mama setiap melewati anak itu pasti memberikan uang receh.
Suatu hari karena penasaran saya pun bertanya, 'Mama kenapa kasih uang ke dia bukan saya? Saya mau buat jajan?' Mama dengan tegas menjawab, 'Kamu bisa makan masakan mama yang bersih dan sehat bukan jajanan yang kotor. Tapi anak itu untuk makan saja susah apalagi minta mamanya masaki.'Â
Sejak itu setiap mama beri uang ke pengemis anak itu saya hanya diam melihat.
Saya ingat waktu selesai belanja, tangan mama penuh tentengan plastik hingga tak ada ruang buat saya genggam. Tetapi saat kami mau menyebrang mendadak mama berhenti lalu menatap tajam saya yang kecil pendek dan berkata, 'Pegang kelingking mama!' Rupanya mama sambil jalan berusaha keras mengatur plastik tentengan supaya ada sisa jari untuk saya genggam.
Saya pun meraih kelingking mama dan kita menyebrangi jalan. Di seberang jalan ada pengemis anak itu. 'Ambil dompet mama. Di sana masih ada uang untuk dia,' pinta mama dengan menatap saya lembut.
Itu pengalaman pertama saya beri uang ke pengemis yang hampir sebaya saya.
MASA TKÂ