Aku duduk sofa hijau ruang tamu menyaksikan isak kak rara dan wajah cemas mama. Mama dan kak rara terus membujukku untuk mau dikompres es batu. Tapi aku tetap saja diam dan terus menggeleng.
Akhirnya mama dan Kak Rara menyerah, mereka akhirnya bergantian mengambil air wudhu dan sholat. Lalu aku ? masih duduk manis di sofa hijau ruang tamu sambil terus meratapi mata kakiku yang kian membengkak dan membiru.
"Assalamu'alaikum" suara awan terdengar dari luar rumah, awan baru saat pulang menunaikan sholat berjama'ah dimasjid
"Wa'alaikumussalam" Jawab mama yang segera keluar dari kamar dengan masih menggunakan mukenah
Awan memandangku, aku jelas langsung buang muka. Awan tak bicara, langsung berjalan melewatiku lalu kemudia kembali membawa baskom, handuk dan es batu.
"Maaf ya nak, mata kakimu jadi biru" ucap awan lirih, sambil mengompres kakiku dengan handuk yang diisi es batu
Aku hanya diam dan mengangguk tak mampu berbicara, ntahlah rasanya sedih sekali mendengar kalimat itu. air mataku menggenang dipelupuk mataku, kemudian jatuh bersamaan dengan isak tangisku.
Ini bukan salah awan, ini salahku!
Selesai dikompres awan menggendongku didepan TV ruang tengah, aku mendengar perbicangan mama dan awan
"Pak, bagaimana kasus yang sedang ditangani" tanya mama terdengar hati-hati
"ya begitulah dek, masih didalami" jawab awan seadanya