Kita sering mendengar pepatah, "Jangan terlalu banyak berharap." Namun, kenyataannya, kita masih sering berharap pada pasangan, keluarga, teman, bahkan tetangga sebelah yang kita kira punya blender untuk dipinjam.Â
Masalahnya bukan pada harapan itu sendiri, melainkan ekspektasi berlebihan yang membuat kita kecewa ketika kenyataan tak seindah bayangan.
Mengapa Ekspektasi Berlebihan Itu Berbahaya?
1. Melukai Hubungan
Siapa pun yang pernah menjalin hubungan pasti tahu pahitnya ekspektasi tak terpenuhi. Anda berharap pasangan Anda ingat hari jadi, sementara dia justru sibuk menyelesaikan laporan kerja. Anda kecewa, padahal sebenarnya dia tak tahu bahwa hari itu penting bagi Anda.
2. Membuat Anda Kehilangan Fokus
Ketika terlalu sibuk menuntut dari orang lain, kita sering lupa bahwa kebahagiaan sejati tak datang dari luar, melainkan dari dalam. Bukankah lebih baik jika energi yang digunakan untuk berharap pada orang lain dipakai untuk hal yang lebih produktif?
3. Menghilangkan Makna Diri
Kita kerap menilai kebahagiaan berdasarkan apa yang orang lain lakukan untuk kita. Ketika itu tak sesuai harapan, kita merasa tak berharga. Tapi tunggu, siapa bilang nilai diri Anda bergantung pada tindakan orang lain?
Mengapa Kita Harus Menurunkan Ekspektasi?
Siapa yang perlu menurunkan ekspektasi? Semua orang, terutama mereka yang merasa sering kecewa.
Apa yang harus kita turunkan? Â Ekspektasi pada orang lain, bahkan yang terdekat sekalipun.
Kapan kita harus menurunkan ekspektasi? Sekarang juga, sebelum kekecewaan menumpuk dan menjadi luka hati.
Di mana harus melakukannya? Di mana saja, baik di rumah, tempat kerja, atau grup WhatsApp keluarga.
Kenapa harus? Karena kebahagiaan sejati muncul ketika kita menerima kenyataan apa adanya.
Bagaimana caranya? Dengan fokus pada diri sendiri dan menghargai hal-hal kecil yang membuat kita berharga.
Ekspektasi yang Tak Masuk Akal
Pernah berharap teman Anda akan selalu ada di setiap masalah yang Anda hadapi? Atau pasangan Anda harus tahu apa yang Anda mau tanpa perlu bicara? Kalau iya, selamat, Anda telah jatuh ke dalam perangkap ekspektasi tidak realistis.
Sejujurnya, mengharapkan orang lain menjadi sempurna untuk kita adalah tindakan egois yang dibungkus dengan cinta. Kita sering lupa bahwa mereka juga manusia biasa dengan keterbatasannya.Â
Alih-alih berharap mereka memenuhi ekspektasi, mengapa kita tidak mencoba memahami mereka?
Fokus pada Diri Sendiri
Turunkan ekspektasi bukan berarti menyerah pada hubungan, tetapi mengalihkan fokus. Alihkan energi dari menuntut orang lain menjadi menghargai diri sendiri. Cari tahu, apa yang membuat Anda merasa berharga?
Hobi: Apa yang Anda nikmati? Membaca, memasak, berkebun? Fokus pada aktivitas ini dapat meningkatkan rasa percaya diri.
Komunitas: Temukan orang-orang yang benar-benar mendukung Anda tanpa mengharapkan imbalan.
Journaling: Tuliskan hal-hal baik yang Anda alami setiap hari. Ini sederhana, tetapi ampuh untuk melatih rasa syukur.
Realitas Hidup: Manusia Bukan Mesin Pemenuhan Harapan
Orang-orang di sekitar Anda bukan mesin yang dirancang untuk memenuhi keinginan Anda. Mereka adalah individu dengan perasaan, batasan, dan kehidupan sendiri.
Fokuslah pada diri Anda dan temukan kebahagiaan yang tidak bergantung pada orang lain. Sebab, ketika Anda berhenti mengukur hidup Anda berdasarkan ekspektasi, Anda akan menemukan bahwa hidup ini jauh lebih damai dan bermakna.
Bahagia Tanpa Banyak Harap
Hidup adalah perjalanan penuh kejutan, dan terkadang yang terbaik adalah berjalan tanpa terlalu banyak mengharapkan sesuatu dari orang lain.
"Ekspektasi yang diturunkan bukanlah tanda menyerah, melainkan cara terbaik untuk meraih kebahagiaan sejati, dengan menerima, bukan menuntut."
Mari menyambut hari baru dengan hati yang ringan, bebas dari beban ekspektasi yang tak perlu. Karena hidup ini terlalu singkat untuk dihabiskan dengan kecewa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H