Tetapi, di balik layar, tagihan kartu kredit Lusi menggunung. Setiap malam, dia kembali merasa stres, kali ini akibat beban utang yang semakin bertambah.
Kasus Lusi adalah gambaran nyata bahwa belanja online memang memberikan efek terapi sementara, tetapi tidak menyelesaikan akar permasalahan.
Belanja Online Sebagai Terapi?
Ada istilah yang dikenal sebagai retail therapy, yang secara harfiah berarti menjadikan belanja sebagai terapi. Sebagian orang menganggapnya sebagai bentuk self-care.
Mereka mengatakan, "Aku sudah bekerja keras, aku pantas mendapat ini!" Namun, di sisi lain, psikolog menyarankan bahwa terapi sesungguhnya tidak melibatkan barang-barang fisik, melainkan melibatkan proses mendalam untuk memahami diri sendiri.
Jika belanja online dianggap sebagai terapi, mungkin ini adalah terapi instan, seperti meminum kopi sachet. Rasanya enak, tetapi tidak memberikan nutrisi.Â
Psikolog Dr. Scott Bea dari Cleveland Clinic menjelaskan bahwa memanjakan diri sesekali itu wajar, tetapi mengandalkan belanja untuk mengatasi emosi negatif bisa menjadi tanda masalah yang lebih besar.
Pendekatan yang Lebih Sehat untuk Self-Care
Self-care bukan berarti selalu menghabiskan uang. Konsep ini sebenarnya adalah upaya untuk menjaga kesehatan fisik, mental, dan emosional. Misalnya:
1. Meditasi: Aplikasi gratis seperti Insight Timer bisa membantu menenangkan pikiran.