Sebuah survei informal dari sebuah komunitas kesehatan mental di Indonesia menunjukkan bahwa hampir 60% keluarga lebih dulu membawa anggota mereka ke paranormal sebelum mencari bantuan medis.Â
Hal ini menunjukkan betapa kuatnya pengaruh kepercayaan tradisional dalam menangani masalah kesehatan mental.
Mengapa masyarakat cenderung memilih paranormal? Jawabannya mungkin sederhana: manusia selalu mencari penjelasan yang sesuai dengan pengalaman dan kepercayaannya.
Ketika seseorang tumbuh dalam lingkungan yang percaya pada dunia gaib, suara-suara misterius dianggap sebagai fenomena supranatural, bukan masalah biologis.
Psikiater mungkin dianggap tidak relevan karena mereka menggunakan bahasa sains yang terkadang sulit dipahami, dibandingkan dengan solusi sederhana seperti membakar kemenyan atau menyiram garam ke pojok rumah.
Namun, apakah ini selalu efektif? Tidak juga. Dalam banyak kasus, pendekatan supranatural ini hanya menunda diagnosis dan pengobatan yang sebenarnya bisa menyelamatkan hidup.
Coba bayangkan otak sebagai komputer. Ketika sistem operasi mengalami bug, solusinya adalah debugging, bukan mengganti mouse atau monitor. Begitu pula dengan skizofrenia. Halusinasi dan delusi terjadi karena adanya ketidakseimbangan kimiawi di otak, terutama pada neurotransmiter seperti dopamin.
Gangguan ini membutuhkan "debugging" berupa terapi dan pengobatan, bukan sekadar "ritual restart" yang mungkin menenangkan sementara, tetapi tidak menyelesaikan akar masalah.
Namun, di sinilah humor satirnya muncul. Beberapa paranormal menawarkan solusi yang, jika dipikir ulang, terdengar seperti layanan teknis untuk gadget: "Ibu perlu ganti energi negatif ini dengan energi positif. Besok bawa sesajen tambahan, ya. Lima puluh ribu sekalian untuk ongkos roh pulang." Seolah-olah ada "manajer call center" di dimensi gaib yang menangani keluhan manusia.
Lalu bagaimana dengan psikiater? Mereka sering dianggap sebagai pilihan terakhir, padahal perannya sangat krusial. Psikiater tidak hanya memberikan diagnosis, tetapi juga menawarkan pengobatan berbasis bukti.Â
Dalam kasus skizofrenia, terapi yang tepat bisa membantu seseorang menjalani hidup yang hampir normal.Â