Menghadapi rasa putus asa memerlukan empati, bukan hanya kata-kata motivasi ala office poster, "Not to be" adalah seruan yang butuh didengar, dipahami, dan direspon dengan tindakan yang tepat: mendampingi, mendengarkan, dan, jika perlu, mencari bantuan profesional. Memperkuat kesadaran bahwa mengakui keinginan untuk menyerah bukan akhir dari segalanya, melainkan awal untuk mencari solusi, adalah langkah pertama yang penting.
Akhir Kata: Memilih "To Be" Bersama
Dalam keseharian yang penuh hiruk pikuk, dilema "to be or not to be" tetap menjadi pertanyaan yang relevan. Ketika kehidupan terasa seperti adegan dramatis Shakespeare, kita harus ingat bahwa tidak ada yang harus memainkan peran utama sendirian. Memilih "to be" berarti memilih untuk melangkah bersama, meski dengan langkah yang pelan dan terseok. Memilih "to be" juga berarti mengakui bahwa kadang kita butuh istirahat, butuh dukungan, dan yang paling penting, butuh saling memahami.
Akhirnya, jika Hamlet punya akhir yang lebih bahagia, mungkin karena dia menemukan komunitas yang mendukung atau sekadar teman yang berkata, "Hei, kamu baik-baik saja. Mau cerita sambil ngopi?" Dan di era sekarang, mungkin itulah soliloquy yang paling kita butuhkan: bukan untuk ditanyakan sendiri, tapi untuk didengar bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H