"Ojan, woi...kareno awak anak kos. Cukup bawa srikayo bae, berbukalah dengan yang manis"sambung Bikcik Keki.
Disambut Ojan dengan anggukan lemah. Mau nolak, dia kuatir kehilangan pekerjaan sebagai collector . Pekerjaan membaggakan keluarganya karena keren seperti di sinetron India Tapasya.
"Bik Ica, dadar jiwo, Cek Mala Peler Kambing untuk, Nah Mang Benu bawa Jando Beraes bae. Jadilah kukiro. Gek aku yang ngatur tempat di masjid dan hubungi Ustadz Aidil untuk kultum sebelum buko".
Semua setuju saja, daripada kena sleding Bikcik Keki, runyam urusannya.
Hingga di waktu yang telah ditentukan, masjid telah disiapkan plus jemaah pengajian juga sudah datang. Bikcik Keki tentu tidak menyia-nyiakan talentanya public speakingnya untuk menjadi mc acara tersebut sekaligus mempromosikan dagangannya untuk lebaran, dengan tester dari produsen tentunya.
Cek Gaia menunjuk tangan bertanya "Cek...kareno aku dak ikut arisan, boleh dak ngutang dulu. Lah lamo bekawan kito nih".
Bikcik Keki agak kebingungan, karena tentu tidak dapat seperti itu. Karena ia tidak pernah keluar modal, mengutangi artinya keluar modal.
"Apolah yang dak pacak buat Cek Gaia paling belagak" sahut Bikcik Keki sambil mencoba mencari alasan menolak. Lalu Bikcik Keki terbelalak melihat Cek Gaia mengunyah salah satu testernya.
"Cek, dak puaso. Masih berapo menit lagi buko. Ustadz Aidil bae belum kasih kultum"protes Bikcik Keki.
"Oh...ado uzur aku ini Cek, dak sempet sahur tadi"sahut Cek Gaia malu-malu.
"Oi, bukan uzur itu"Sahut Bikcik Keki.