Pempek dengan berbagai jenis turunannya, dari harga 800 sampe 20.000 sebiji dia sedia.
Soal bayar? gampang kok.
Sejak selesai lebaran haji hingga bulan ruwah biasanya para ibu-ibu tiap minggu sudah arisan lebaran. Ya saling tolong menolonglah. Bikcik keki akan menghimpun dana arisan lebaran yang ternyata jika dihitung total nasabahnya dari 18 kecamatan dan 107 kelurahan di Palembang jumlahnya puluhan ribu. Belum lagi dari area Palembang coret yang gak mau kalah gengsi dengan wong kota.
Lumayan putaran duitnya untuk menjalankan usaha koperasi berjalannya yang membantu para pedagang kecil setiap harinya.
Hei...jangan menuduh bank gelap dong, Bikcik keki hanya menjalankan prinsip koperasi. Jangan asal tuduh ya.
Prinsip usaha Bikcik Keki adalah pantang mengeluarkan modal, dia cukup modal mulut tetapi dapat menaikkan kapital. Bukan saja kapital uang tetapi juga kapital sosial.
Kalo hanya sekadar untuk menjadi anggota legislatif tingkat kota dan provinsi. Cukuplah menitipkan nama dan serangan fajar ke Bikcik Keki. Semua dapil dia kuasai kok.
Jika Bikcik Keki gak mencalonkan diri? oh... itu melanggar prinsip hidupnya.
Jadi caleg akan mengeluarkan modal sendiri, sedikit banyak. Gak ada sponsor yang rela bener-bener total sponsori.
Bikcik Keki orangnya gendut, berkaca mata tebal, kalo tertawa menggelegar, kalo ngomong temponya sangat cepat. Kadang-kadang gagap tapi gayanya sok tahu semua hal. Selalu ceria dan kocak, tapi mulutnya tajem. Kalo sudah kena kato Bikcik Keki, balak 12 lah itu.
Ramadan, segala kegiatan koperasi berjalan dihentikan. Karena Bikcik perlu mengkonstrasikan anak buahnya bergerilya antre di produsen kue kering di jalan Sianjur, atau belanja kue-kue basah, pempek, dan kemplang di daerah sebrang ulu.