"Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris (yang tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi. Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi". ~Q.S.  Maryam (19) ayat  56-57~
Nenek dari pihak ibu saya sangat pandai mendongeng. Jarak Kenten-Plaju yang waktu itu terasa jauh karena naik angkot membuat saya tidak begitu sering menginap di rumah Nenek.Â
Nenek punya penyakit susah tidur, ba'da Isya ia tertidur sebentar. Lalu pada malamnya ia akan terbangun.Â
Biasanya beliau mengaji atau bershalawat.Â
Nenek itu pasti gaul pada masa remajanya. Meski aku bertemu dengannya di usia renta. Sisa-sisa kecantikannya masih terlihat. Bentuk mukanya yang seperti arca, meski keriput menggayut. Bola matanya berwarna coklat, berkulit kuning langsat dengan tubuh tinggi semampai.Â
Sangat berbeda dengan tampilanku. Aku aja yang beda,jangan heran jika bertemu dengan sepupu-sepupuku yang cantik. Emang udah ada DNA-nya.Â
Nenek tahu aku sulit tidur jika menginap di rumahnya. Lantai kayu yang karena perbedaan suhu membuat suara berderit. Kecipak bunyi air di saluran air bawah rumah panggung yang entah oleh apa membuat aku semakin berkhayal yang bukan-bukan.Â
Setelah ia mengaji atau bershalawat, ia juga sering menghiburku dengan memetik gitar bersenandung irama batang hari sembilan. Hanya mengandalkan 3 dawai. Aku tidak pandai bermusik, bukan hanya kecantikannya tidak menurun kepadaku. Bakat seninya juga tak membekas di aku.Â
Kisah saat Ingin Mogok Sekolah
Bapak dan Ibuku sempat frustasi dengan ulahku saat kelas 1 SD yang mogok sekolah. Aku anak gendut yang cengeng dan tak bisa membaca jelas sasaran empuk perundungan.Â