Pada masa itu belum ditemukan kompas, sehingga Nabi Idris memanfaatkan gerak semu harian bintang sebagai petunjuk, ia memahami ilmu astronomi.Â
Dengan pengetahuan dan pemahaman luar biasanya itu ia dikagumi bukan hanya oleh umat manusia tetapi juga oleh para malaikat.Â
Bahkan karena kecerdikannya pula ia dapat merayu Jibril membawanya ke Surga dan menetap di sana hingga kiamat tiba.Â
Kata Nenek, kecerdasan Nabi Idris itu bukan sebuah keajaiban begitu saja dari Allah. Tetapi melalui proses belajar yang panjang.Â
Padahal, kala itu belum ada sekolah atau guru yang mempermudah manusia belajat. Bayangkan betapa beratnya Nabi Idris untuk mendapat pengetahuan.Â
Pengetahuan itu pun ia tidak makan sendiri. Ia sengaja membuat catatan agar dapat dipelajari dan dikembangkan oleh manusia-manusia selanjutnya.Â
Nabi Idris juga orang yang humble. Terbukti ia dapat berteman dengan siapa saja. Bahkan para malaikatpun senang bersahabat dengannya.Â
Jadi mengapa kita bisa punya keinginan menyia-nyiakan kesempatan belajar dan berteman di sekolah. Karena itu dapat menjadi sebentuk kufur nikmat. Sikap yang tidak disukai Allah.Â
Puluhan dekade yang lalu nenek mendongeng kisah ini. Tetapi malam ini aku merasa baru terjadi saja.Â
Kehidupanku mengajarkanku pada dasarnya belajar itu sepanjang hayat, demikianjuga berteman dapat dengan siapa saja.Â
Belajar dan berteman adalah sebuah rahmatNya yang patut disyukuri. Belajar dan berteman membuka pintu-pintu rezeki yang dapat menaikkan derajat kita. Bukan hanya di dunia tetapi juga di akhirat.Â