Mohon tunggu...
Kartika Kariono
Kartika Kariono Mohon Tunggu... Pengacara - Ibu Rumah Tangga

Mengalir mengikuti kata hati dan buah pikiran

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Kisah Cinta Dua Masjid

30 April 2020   19:45 Diperbarui: 30 April 2020   19:47 1517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
3 Monumen Cinta Ida Bajumi (Dok.Pribadi)

Kalo bicarakan soal masjid di tahun ini sedih banget ya. Selama ini boleh jadi suka malas melangkahkan kaki ke masjid. Diriku termasuk orang yang suka memaksakan diri melangkah ke masjid. Padahal jarak masjid dan ruanganku dekat dengan pohon rindang yang menaungi, tidak perllu takut dengan teriknya matahari.  

Tetapi, setiap zuhur dan Ashar ada saja yang bolong ke masjid, kukerjakan di ruangan saja. Tetapi situasi akhir-akhir ini juga memunculkan rasa rindu yang dalam untuk berada di masjid. Apalagi anakku ia sangat frustasi di ramadan tahun ini ia tidak diperkenankan beraktifitas di masjid. 

Padahal menghabiskan waktu di masjid, bukan cuma ibadah kadang bermain juga dengan teman-temannya membuat ia merasa tetap gembira meskian menahan haus.  Tidak banyak masjid yang kusinggahi, meski jika ke sebuah tempat entah desa atau kota lain diriku membiaakan untuk mampir ke masjidnya.  

Tetapi kebiasaan dari dulu , jika berada di dalam masjid aku mematikan handphone. Jadi keindahan  dan suasana masjid yang pernah kukunjungi hanya terekam di memori kepala saja. 

Diriku merasa jika berada di masjid, sama halnya dengan kesempatan ngobrol dengan orang-orang yang kukagumi. Perlu berinteraksi tanpa terdistraksi dengan handphone. Walaupun kadang-kadang menyesal juga, lah kok gak ada foto yang dapat membangkitkan kenangan. 

Tradisi yang Hilang Ramadan Tahun ini

Ada satu tradisi di awal ramadan tahun tidak kami jalani efek kebijakan physical distancing mencegah penyebaran covid 19, bersama Majelis Taklim As Sayiddah biasanya kami menyelenggarakan Shalat Tasbih.  Heh? Bikcik juga ikut pengajian? ha ..ha... santai, kamu tidak sendiri, bahkan beberapa teman saja kadang tidak percaya jika saya ikut kajian dan aktif kegiatan majelis taklim. 

Kemungkinan karena gak ada di medsos postingan diriku ikut kajian ya.  Betul, shalat tasbih memang bukan shalat berjamaah, pun bukan shalat wajib. Pada dasarnya, kami tidak mengkhususkan pelaksanaannya di bulan ramadan, tetapi waktu terbaik untuk berkumpul bersama silaturahim sekaligus zikir bersama  awal ramadan, sekaligus berlatih bersama gerakan shalat yang baik.

Ada 3 tempat yang biasanya bergantian untuk menjalankan shalat tasbih bersama (bukan berjamaah ya) oleh majelis taklim kami.  Masjid As Sayiddah, di Yayasan Universitas IBA, Ruma Bari IBA, dan Masjid Bajumi Wahab di  Tanjung Sejaro, Ogan Ilir. 

Majelis taklim tempat saya mengaji adalah majelis taklim di Masjid As Sayiddah, masjid Yayasan IBA. Sebuah Yayasan Pendidikan dari PAUD, SD,SMP ,SMA dan Universitas IBA dalam satu kompleks di Jalan Mayor Ruslan Palembang. Sebuah Kampus yang berdiri di lahan seluas 12 Hektar dengan suasana asri di tengah kota. 

Yayasan IBA didirikan tahun 1959, akronim dari Sayiddah (Ida) dan Bajumi Wahab sebagai wujud bakti yang bertujuan untuk mencerdaskan masyarakat Sumatera Selatan.  Residen mereka adalah Ruma Bari, rumah adat Sumatera Selatan yang sangat megah dan indah berada tepat di depan Kampus Universitas IBA. 

Penamaan Masjid As Sayiddah didirikan di kampus ini berasal dari nama Ibu Ida, pendiri Yayasan ini.  Masjid ini dibangun sang suami untuk mengabadikan nama sang istri tercinta yang telah lama berpulang di tahun 1960-an, tidak lama setelah pemindahan Ruma Bari dari Tanjung Sejaro dan pembangunan gedung Yayasan IBA. 

Pak Bajumi hingga akhir hayatnya di tahun 2000-an tidak pernah menikah lagi. Tak terbayangkan orang seganteng dan sekaya dia tetap berstatus duda hingga akhir hayat. Meski tak semegah Taj Mahal, sang suami menghadiahkan kado terindah berupa amal jariyah buat sang istri.

Kegiatan kampus baik rohis maupun kegiatan lain terselenggara di sini. Juga sarana silaturahim seluruh civitas akademika dan perguruan pendidikan usia dini,dasar dan menengah dengan shalat berjamaah di masjid ini.  

Meski tak terbilang megah dengan arsitektur yang cukup sederhana masjid ini sangat nyaman. Bukan hanya untuk beribadah, sejak dulu seringkali menunggu atau diskusi singkat mahasiswa dilakukan di sini.  Masjid ini juga terbuka untuk umum, pada tahun-tahun sebelumnya setiap tahun diadakan iftar bersama secara gratis di masjid ini.

Amal jariyah dengan pembangunan dan menyumbang pembangunan masjid tampaknya dipilih kaluarga besar ini. Karena bukan hanya  mendirikan Yayasan IBA termasuk membangun masjid di dalamnya. Beberapa masjid di beberapa daerah Sumatera Selatan didirikan atas sumbangsih kaluarga ini, termasuk renovasi Masjid Agung Palembang (Sekarang disebut dengan nama Masjid SMB I)  pun keluarga ini memberi sumbangsih cukup besar yang sempat membuat kekecewaan pada Lembaga Dakwah Kampus Mahasiswa yang merasa dianaktirikan pengurus Yayasan IBA. 

Saat itu,  Masjid As Sayidah saat itu masih sederhana, daripada  menyumbang dana yang sangat besar untuk renovasi Masjid Agung, akan jauh lebih bermanfaat jika mempebaiki masjid As Sayiddah. Namanya mahasiswa ya sok kritis saat itu ya. Tidak berapa lama dari situ, masjid As Sayidah pun direnovasi besar-besaran .

Oase di Jalan Lintas Timur Sumatra

Jika Bajumi mengabadikan nama Sayiddah pada Masjid di Kampus sebagai wujud cintanya. Anak-anak mereka mengabadikan nama Ayahnya pada sebuah masjid yang mereka bangun sebagai amal jariyah sang Ayah. 

Jika melintas jalan lintas Timur menuju Palembang, tepatnya di desa Tanjung Sejaro, Ogan Ilir Sumatra Selatan, mata kita akan langsung terlihat pada sebuah bangunan Masjid nan megah dengan arsitektur indah perpaduan Timur Tengah dan Sumatra Selatan. 

Bahkan saat memasuki pelatarannya kita disambut dengan suasana yang begitu apik dengan tatanan taman yang ditanami pula sejenis pohon kurma. Benar-benar terasa di oase sebuah padang pasir, meski tetap harmoni dengan persawahan dan permukiman penduduk  di sekitarnya.

Ada banyak cerita seru dalam pembangunannya. Beberapa kali rombak bangunan karena belum dirasa sempurna pada beberapa bagian. Diriku yang memang bukan tipe detail kadang merasa sakit kepala dengan ragam hias yang ada di kaca patri pada masjid ini. Perpaduan modern dan corak tradisional. 

Meski tidak lebih menjelimet dibandingkan dengan ukiran ragam hias sulur khas Sumatera Selatan yang ada di Ruma Bari. Keluarga besar Bajumi Wahab adalah pecinta travelling dan fotografi. Wujud kecintaan mereka ini juga tergambar jelas pada bangunan ini. Setiap sisi bangunan di setiap titik lokasi terdapat spot foto instragramable

Tak heran, orang-orang yang kebetulan lewat masjid ini sengaja mampir bukan hanya untuk ibadah, ataupun beristirahat. Tidak sedikit pula yang sengaja mampir untuk mengambil spot foto. Tidak sedikit pula dari berbagai daerah di Sumatera Selatan sengaja datang ke masjid ini menjadikannya sebagai lokasi foto pre wedding. Sama halnya dengan kampus IBA dan Ruma Bari yang juga sering jadi spot foto pre wedding.   

Cerita lengkap mengenai Masjid Bajumi Wahab diungkap oleh seorang fine art architect, travelling enthusiast dan pencinta fotografi,  Sjahril Bajumi (Cucu Bajumi Wahab) dalam sebuah acara TVRI Sumatera Selatan, Jejak Islami. Penjelasan lebih detil tentang Masjid Bajumi Wahab dapat dilihat pada tayangan berikut ini:


Dua masjid yang mengabadikan nama sepasang suami Istri ini Ida dan Bajumi, wujud cinta suami kepada istri dan wujud cinta anak kepada orang tua dan semoga wujud cinta kepada Maha Pengasih. Semoga memberi manfaat bagi semua umat yang mempergunakannya, semoga menjadi amalan yang tak terputus hingga hari akhir kelak. 

Semakin banyak Mushallah di Masa Pandemi

Dalam (QS. At-Taubah [9]: 18). Allah SWT berfirman : “Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah. Maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk”. 

Saat ini kita memang tengah terhalang untuk mendatangi rumah Allah, bukan dilarang tetapi demi kepentingan kemaslahatan seluruh umat manusia mencegah covid 19 ini. 

Allah juga menunjukkan cintanya pada umatNYA dengan memberi kesampatan  seluruh keluarga Muslim mendirikan mushallah di rumahnya masing-masing mengagungkan namanya dari rumah dengan shalat berjamaah di rumah, untuk sementara masjid yang megah itu beristirahat , agar kelak rumah-rumah ini juga terbangun di syurga layaknya masjid-masjid yang didirikan. Kita tidak terhalang ke masjid, hanya kita sedang diajak untuk menahan rindu berada di bawah naungan masjid untuk beberapa saat.

Selamat berpuasa, Dunia. Salam Kompal Selalu. Tetap Bahagia.

Ceritaku  di bulan ramadan 2020 dapat dibaca di sini.

Tulisan ini dibuat untuk mengenang Sjahril Bajumi yang telah berpulang ke Rahmatullah, 15 April 2020 yang lalu. Orang baik disayang Allah, pulang lebih cepat.  Alfatiha.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun