Mohon tunggu...
Kartika Kariono
Kartika Kariono Mohon Tunggu... Pengacara - Ibu Rumah Tangga

Mengalir mengikuti kata hati dan buah pikiran

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Me Time" Kurayakan bersama Palembang Movie Club

31 Maret 2019   13:26 Diperbarui: 31 Maret 2019   13:33 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kakak-kakak dan adik-adiknya adalah sukses besar di mata masyarakat dengan berbagai titelnya. Saya merasakan getir dalam film untuk warisan lemari saja mereka rela untuk kembali, jadi bukan demi ibu mereka. Bahkan ancaman "denda" untuk yang menitip lemari pada sang ibu membuat rasa yang berkecamuk bahkan untuk Ibupun kita perhirungan secara ekonomi.

Makin terasa menyedihkan ketika lemari-lemari yang menyimpan sejarah hidup melalui kenangan2 mereka serta susah payah mereka bawa hanya terjual di pasar loak. Entah mengapa otak saya langsung  Sama dengan nasib heritage Indonesia terlebih saat Tri, yang mungkin paling miskin dan tidak berhasil, pekerjaan hanya penjual bensin ketengan menjadi anak yang merawat sang ibu yang tiba-tiba jatuh sakit sesaat anak-anaknya membawa lemantun masing-masing.

2. Lembusura
Sedikit sayup-sayup ingatan saya akan kisah Lembusura saat saya kecil saat Mbah Panut, pendongen saya masa kecil yang sehari-hari sebagai pawang Jaran Kepang dan tukang urut langganan Bapak. Ia mendongeng  mengenai tanah jawa kepadaku sambil mengurut Bapak.

Gunung bukan hal yang mudah saya lihat, bahkan saya melihat gunung pun saat pesawat take off di Bandara Yogya beberapa tahun lalu. Lembusura merupakan film  eksperimental, bikin bingung apa maksudnya karena lebih diformat seperti behind the scene.

Dalam pandangan saya, tampaknya Wregas dan teman2 mengajak kita ke alam fikir dan kreatif mereka saat stuck karena hujan Abu Gunung Kelud, dikorelasikan dengan realitas antara mitos masyarakat jawa dengan agama mayoritas yang digambarkan dengan suara azan dan orang-orang berbondong ke Masjid. Islam sangat melarang percaya pada tahayul, termasuk Lembusura.

Pergulatan luar biasa dalam alam pikir dan rasa untuk orang-orang yang pernah mengalami kondisi demikian. Apalagi film ini dibuat sineas yang  berasal dari kalangan masyarakat pendidikan tentulah semakin memperkeruh pergulatan pikiran antara Kepercayaan, Sains dan Agama.

3. Floating Chopin
Sebuah kritik luar biasa akan pembangunan pariwisata Bali oleh para bule. Ya kita tahu wisata world class Indonesia yang dibangga2in di dunia itu, umumnya dikelola bule. Baik Bali maupun Bali-bali baru. Sehingga pasangan kekasih ini memilih berlibur di sebuah pantai di Yogya.

Saya senyum-senyum saat sang pacar nanya "bagaimana liburanmu" malah dijawab dengan foto kuburan. Menikmati wisara sama dengan menikmati film, soal minat dan pandangan tentu dapat berbeda2 seperti menikmati chopin juga yang seringkali terdengar di kotak musik saat memberi kado pada pacar.

Ah itu tidak ada di film ini hanya entah mengapa jika musik Chopin itu di otak saya terasosiasi dengan kotak musik. Btw, masih adakah sekarang yang memberi kotak musim kepada pacar?

4. Prenjak
Dalam masyarakat tertentu, suara prenjak berarti mengabarkan tamu jauh akan datang, rejeki sebuah silaturahim. Bahkan arah mata angin berkicaunya prenjak pun memiliki makn tertentu. Tetapi dapat juga bermakna sebagai kabar burung seperti "perempuan korek api" seputaran Malioboro.

Dalam diskusi movie talk saya agak geregetan ketika banyak yang mengcapture tema film ini sebagai "keburukan citra bangsa". Agak berbeda dalam tangakapan saya,film ini justru mengangkat isu paling universal poverty and property dalam keadilan gender. Seksis? Banget kalo yang lihat dari kacamata misogynist. Perlu sedikit mengalihkan sudut pandang. Relasi kuasa jenis kelamin dan uang adalah segalanya dalam masyarakat dunia tergambar dengan apik di film ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun