Di hari pertama ramadan mulai dari pagi tadi berseliweran cerita tentang berburu takjil. Takjil itu memang segera tetapi tidak perlu diburu-buru, jika belum masuk waktu magrib ya belum bisa ta'jil.
Karena setahu saya ( yang pengetahuannya tak seberapa) arti kata takjil sesungguhnya adalah menyegerakan , Dalam hal ini menyegerakan membatalkan puasa, tidak perlu ditunda-tunda lagi, saat waktu magrib sudah tiba,maka batalkan puasa.
Tetapi tampaknya yang dimaksud takjil adalah hidangan pembuka puasa  (dalam KBBI daring ternyata memang demikian ).
Makanan pembuka puasa juga bukan hal istimewa juga, karena seteguk air minum dingin telah cukup menjadi pembatal puasa yang dilanjutkan dengan menu lainnya kebiasaan saya sepotong buah tropis.
Apakah menu yang dinikmati setelah memakan atau meminum pembatal puasa juga termasuk takjil? bukan hanya sebatas sepotong buah atau kurma dan air putih itu saja ?.Saya kurang paham juga, tetapi tema besar hari ini serunya berburu takjil favorit. Duh..maaf sekali saya hidup di era disrupsi teknologi, bukan lagi masa berburu dan meramu, Alhamdulillah  untuk mendapatkan air minum saya tidakperlu berburu. Ya...selesai dong tulisan saya di hari ke-3 ini kalau begitu.
Oh...tidak bisa,tadinya saya ingin bercerita soal pasar bedug dan pasar keget yang menjamur di Palembang sepanjang Ramadan . ((( menjamur)).
Tetapi di hari pertama ini saya belum memilih bermain ke sana, kuatir khilaf. Postur badan saya kan menjelaskan segalanya soal saya ini hanya pemakan atau penikmat makanan tidak mampu saya mengklasifikasikannya.
Paling penting,  di lidah ini cuma ada 2 rasa makanan, yakni  enak atau enak sekali .
Saya merasa kurang tergoda ke pasar bedug atau pasar kaget hanya sebuah alasan, tidak ada yang istimewa kok. Makanan yang dijual itu-itu juga. He..he...bukannya saya tidak bersyukur, justru saya hanya ingin menceritakan bahwa Palembang ini adalah surga kuliner.  Tidak perlu menunggu  bulan ramadan untuk merasakan kuliner khas Palembang,setiap hari tersedia kok, hanya saja dengan adanya pasar bedug dan pasar kaget kuliner mempermudah mendapatkannya, menjadi one stop shopping saja. Dimana semua pedagang semua jenis makanan berkumpul di satu area.Â
Meski kadang-kadang umumnya yang berdagang adalah pedagang dadakan,yang hanya berdagang di bulan ramadan.Jadi untuk peminat makanan tertentu dijual oleh pedagang tertentu ya lebih memilih tempat makanan favorit.
Tetapi yang dapat dipastikan tidak ketinggalan adalah pempek beserta turunannya, aneka pempek pempek lenjer,pempek keriting, pempek pistel,pempek telur, pempek kapal selam, pempek kulit (sekarang ada varian pempek crispy), juga aneka turunan  pempek  yang pengolahannya dipanggang (tunu/bakar), seperti pempek panggang,  lenggang bakar serta otak-otak.
Varian lain yang berkuah segar seperti sup berupa tekwan,model, pangsit ikan,ataupun dihidangkan dengan  kuah bersantan seperti laksan dan celimpungan.  Pun varian lain seperti laksa dan burgo (dari tepung beras), dan yang sering diburu pasca menjalankan tarawih adalah Martabak telur dengan kuah kari kentang yang kental.
Gitu sih kata Pak Ustadz, tetapi kita kan diminta berpuasa ya, jadi makan malam masih perlu makan bukan?, jadi tidak ada salahnya berburu kuliner sebagai asupan energi untuk beribadah,asal jangan berlebihan aja.
Karena ini hari pertama,jadi saya memilih mengolah sendiri. Jadi pagi ini saya pergi kepasar untuk berburu (boleh pakai diksi itu nggak sih?) ikan deleque (bahasa alaynya, bacanya sih delek ) atau dikenal dengan ikan gabus atau haruan. Ikan air rawa yang  paling sering diolah sebagai penganan di Palembang, apalagi kalau bukan menjadi pempek. Saya lebih memilih membuat pempek lenjer (yang bentuknya bulat panjang ituloh) karena penyimpanannya yang sangat mudah, cukup di freeze, jika ingin dimakan direbus lagi lalu digoreng atau dijadikan diolah menjadi varian makanan lain, seperti laksan bahkan siomay.
Baru masuk pasar sudah ngobrol sama ibu-ibu "mau cari gabus hidup nih, menu buka sore ini pindang gabus dan sambel jok-jok", pasang senyum aja,baru jam 7 pagi  emak-emak sudah sibuk nyusun menu yang bakal dimasak sore.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H