Mohon tunggu...
Kartika Kariono
Kartika Kariono Mohon Tunggu... Pengacara - Ibu Rumah Tangga

Mengalir mengikuti kata hati dan buah pikiran

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Tidak Ada Takjil Istimewa di Palembang Kok

17 Mei 2018   22:42 Diperbarui: 17 Mei 2018   23:01 1296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di hari pertama ramadan mulai dari pagi tadi berseliweran cerita tentang berburu takjil. Takjil itu memang segera tetapi tidak perlu diburu-buru, jika belum masuk waktu magrib ya belum bisa ta'jil.

Karena setahu saya ( yang pengetahuannya tak seberapa) arti kata takjil sesungguhnya adalah menyegerakan , Dalam hal ini menyegerakan membatalkan puasa, tidak perlu ditunda-tunda lagi, saat waktu magrib sudah tiba,maka batalkan puasa.

Tetapi tampaknya yang dimaksud takjil adalah hidangan pembuka puasa  (dalam KBBI daring ternyata memang demikian ).

Makanan pembuka puasa juga bukan hal istimewa juga, karena seteguk air minum dingin telah cukup menjadi pembatal puasa yang dilanjutkan dengan menu lainnya kebiasaan saya sepotong buah tropis.

Mestinya buka puasa banyakin makan buah (sekedar ilustrasi) dok. Pribadi
Mestinya buka puasa banyakin makan buah (sekedar ilustrasi) dok. Pribadi
Disarankan untuk berbuka dengan yang manis, bahkan ada yang menyatakan disunahkan makan kurma, karena kita di negeri tropis kaya aneka ragam buah, menurut saya buah lebih bermanfaat buah sebagai pengembali energi seperti pepaya dan pisang .

Apakah menu yang dinikmati setelah memakan atau meminum pembatal puasa juga termasuk takjil? bukan hanya sebatas sepotong buah atau kurma dan air putih itu saja ?.Saya kurang paham juga, tetapi tema besar hari ini serunya berburu takjil favorit. Duh..maaf sekali saya hidup di era disrupsi teknologi, bukan lagi masa berburu dan meramu, Alhamdulillah  untuk mendapatkan air minum saya tidakperlu berburu. Ya...selesai dong tulisan saya di hari ke-3 ini kalau begitu.

Oh...tidak bisa,tadinya saya ingin bercerita soal pasar bedug dan pasar keget yang menjamur di Palembang sepanjang Ramadan . ((( menjamur)).

Tetapi di hari pertama ini saya belum memilih bermain ke sana, kuatir khilaf. Postur badan saya kan menjelaskan segalanya soal saya ini hanya pemakan atau penikmat makanan tidak mampu saya mengklasifikasikannya.

Paling penting,  di lidah ini cuma ada 2 rasa makanan, yakni  enak atau enak sekali .

Saya merasa kurang tergoda ke pasar bedug atau pasar kaget hanya sebuah alasan, tidak ada yang istimewa kok. Makanan yang dijual itu-itu juga. He..he...bukannya saya tidak bersyukur, justru saya hanya ingin menceritakan bahwa Palembang ini adalah surga kuliner.  Tidak perlu menunggu  bulan ramadan untuk merasakan kuliner khas Palembang,setiap hari tersedia kok, hanya saja dengan adanya pasar bedug dan pasar kaget kuliner mempermudah mendapatkannya, menjadi one stop shopping saja. Dimana semua pedagang semua jenis makanan berkumpul di satu area. 

Meski kadang-kadang umumnya yang berdagang adalah pedagang dadakan,yang hanya berdagang di bulan ramadan.Jadi untuk peminat makanan tertentu dijual oleh pedagang tertentu ya lebih memilih tempat makanan favorit.

Aneka jajanan pasar, tuh lemang manggil-manggil (Dok.Pribadi)
Aneka jajanan pasar, tuh lemang manggil-manggil (Dok.Pribadi)
Apa saja yang dapat dicari sebagai menu ta'jil di Palembang? Banyak pilihan yang bisa dipilih, mulai dari  seperti es sop buah (yang mulai melanda pada satu dekade ini), kolak , es buah, es kacang (merah) , es campur,es dawet dan es cendol, es bubur sumsum ,dan lain-lain.

Tetapi yang dapat dipastikan tidak ketinggalan adalah pempek beserta turunannya, aneka pempek pempek lenjer,pempek keriting, pempek pistel,pempek telur, pempek kapal selam, pempek kulit (sekarang ada varian pempek crispy), juga aneka turunan  pempek  yang pengolahannya dipanggang (tunu/bakar), seperti pempek panggang,  lenggang bakar serta otak-otak.

Varian lain yang berkuah segar seperti sup berupa tekwan,model, pangsit ikan,ataupun dihidangkan dengan  kuah bersantan seperti laksan dan celimpungan.  Pun varian lain seperti laksa dan burgo (dari tepung beras), dan yang sering diburu pasca menjalankan tarawih adalah Martabak telur dengan kuah kari kentang yang kental.

Model (Dok.Pribadi)
Model (Dok.Pribadi)
Tekwan Kuah Udang (Dok.Pribadi)
Tekwan Kuah Udang (Dok.Pribadi)
Tekwan (Dok.Pribadi)
Tekwan (Dok.Pribadi)
Martabak HAR (dok.Pribadi)
Martabak HAR (dok.Pribadi)
Ah...nikmat mana lagi yang kau dustakan, tinggal di surga kuliner, yang menyebabkan kami sepertinya kami berpuasa hanya memindahkan jam makan saja.

Burgo,aslinya mestinya dipotong-potong, tetapi saya suka yang utuh seperti ini(Dok.Pribadi)
Burgo,aslinya mestinya dipotong-potong, tetapi saya suka yang utuh seperti ini(Dok.Pribadi)
Padahal isi Kultum menjelang tarawih semalam membicarakan mengenai pola konsumsi saat sahur dan berbuka.

Martabak daging mozzarela yang lebih kekinian (Dok. Pribadi)
Martabak daging mozzarela yang lebih kekinian (Dok. Pribadi)
"Seringkali berpuasa malah semakin boros dan pemubaziran makanan, karena tak mampu mengendalikan nafsu saat belanja makanan berbuka, semua dibeli.  Padahal inti puasa adalah prihatin, merasakan apa yang dirasakan saudara kita yang faqir menahan lapar".

Gitu sih kata Pak Ustadz, tetapi kita kan diminta berpuasa ya, jadi makan malam masih perlu makan bukan?, jadi tidak ada salahnya berburu kuliner sebagai asupan energi untuk beribadah,asal jangan berlebihan aja.

Karena ini hari pertama,jadi saya memilih mengolah sendiri. Jadi pagi ini saya pergi kepasar untuk berburu (boleh pakai diksi itu nggak sih?) ikan deleque (bahasa alaynya, bacanya sih delek ) atau dikenal dengan ikan gabus atau haruan. Ikan air rawa yang  paling sering diolah sebagai penganan di Palembang, apalagi kalau bukan menjadi pempek. Saya lebih memilih membuat pempek lenjer (yang bentuknya bulat panjang ituloh) karena penyimpanannya yang sangat mudah, cukup di freeze, jika ingin dimakan direbus lagi lalu digoreng atau dijadikan diolah menjadi varian makanan lain, seperti laksan bahkan siomay.

Baru masuk pasar sudah ngobrol sama ibu-ibu "mau cari gabus hidup nih, menu buka sore ini pindang gabus dan sambel jok-jok", pasang senyum aja,baru jam 7 pagi  emak-emak sudah sibuk nyusun menu yang bakal dimasak sore.

Pindang Udang (Dok.Pribadi)
Pindang Udang (Dok.Pribadi)
Ya...gara-gara si Ibu tergoda buat membeli gabus buat pindang, apalagi nanas dari prabumulih pun berjejer, hmmm... terbayang sambel nanas yang segar dimakan dengan pindang gabus atau  pindang udang,

Pindang Gabus (Dok.Pribadi)
Pindang Gabus (Dok.Pribadi)
Untuk hari ini diurungkan dulu, lebih memilih ikan sepat kecil buat digoreng garing dengan menu tumis kangkung. Saya termasuk yang sulit makan sayur, tapi wajib menu makan malam hari ini ada sayurnya demi jaga stamina. Sambal nanas juga dihindari dulu,beberapa hari ini asam lambung saya meninggi,jadi menghindari makan yang dipercaya dapat memicu asam lambung, hiks termasuk saat melewati warung jajanan pasar yang menjejerkan aneka ketan mulai dari yang dibungkus daun  pisang lemper, dibungkus daun nipah yang digulung disebut bongkol , yang dibungkusdaun pisang, daun kelapa muda (janur) ataupun daun pisang yang disenut  lepat sampai dengan lemang yang dibungkus daun pisang tetapi pemasakannya dengan cara dibakar di dalam bambu, hingga olahan seperti gemblong dan wajik. Meski sama-sama terbuat dari ketan, tetapi pengolahannya berbeda yang menyebabkan cita rasanya juga berbeda.

Sambal Nanas (Dok.Pribadi)
Sambal Nanas (Dok.Pribadi)
Diantara pedagang itu pula banyak pedagang bahan takjil seperti dawet,cendol,cincau,tape, kolang-kaling hingga rumput laut. Wih...menggoda, tetapi maaf skipjuga dulu. Bukan faktor kesehatan, baru sadar isi dompet sudah selesai karena membali daging gabus giling tadi.

Hasil berburu dan meramu (Dok.Pribadi)
Hasil berburu dan meramu (Dok.Pribadi)
fb-img-1526557982072-5afd9fe4bde5751c483a1432.jpg
fb-img-1526557982072-5afd9fe4bde5751c483a1432.jpg
Bisa jadi laksan galau ( kuah seperti celimpungan,tapi isi seperti laksan). Dok.Pribadi
Bisa jadi laksan galau ( kuah seperti celimpungan,tapi isi seperti laksan). Dok.Pribadi
Siomay Ala-ala (Dok.Pribadi)
Siomay Ala-ala (Dok.Pribadi)
Salah satu kenikmatan menjadi Emak-emak di Palembang adalah ketika membuat pempek tidakperlu berjuang melakukan pembunuhan ikan gabus, lalu mengulitinya kemudian menggilingnya. Jurus tunjuk saktu bgerlaku di sini,cukup tunjuk beberapa ekor ikan gabus yang dipilih, lalu ditimbang , sang tukang ikan akan senang sekali membantu ibu-ibu menyianginya, mengulitinya mencucinya smapai bersih kemudiaan menggilingnya.  So.. please jangan sampai ada yang salah paham, saya sama sekali tidak dapat menyiangi ikan. Jangan pernah menyerahkan kepada saya seekor ikan hidup untuk diolah jadi pempek. Saya langsung mengibarkan bendera putih untuk itu he.. he..bagaimana mau berburu jika menyiangi ikan saja takut?.

kompallogo-5afd9aafbde5751c5825be23.jpg
kompallogo-5afd9aafbde5751c5825be23.jpg

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun